Baru pada 2013, sekelompok tim dari Inggris, Perancis, Austria, dan Swiss mulai melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap sisa fosil kuno tersebut.
Bagi Butler dan tim, temuan fosil M steinbergeri adalah sesuatu yang amat langka dan sulit dipelajari karena sulitnya akses ke lokasi dan spesies ini sulit ditemukan.
"Literatur tentang phytosaurus yang sangat sedikit membuat proses identifikasi memerlukan waktu bertahun-tahun," ujar Butler dilansir dari Live Science, Sabtu (11/5/2019).
Dalam laporan studi yang terbit di Zoological Journal of the Linnean Society, Rabu (8/5/2019), M. steinbergeri merupakan gabungan dari buaya modern, gavial atau gharial (buaya pemakan ikan), dan alligator (kerabat dekat buaya yang hidup di rawa).
Baca Juga : Awas, Inilah Bahayanya Tidur Dengan Lampu Menyala yang Bikin Ngeri!
Namun perlu diingat, phytosaurus sudah hidup jauh sebelum reptil-reptil itu dan mereka bukan kerabat dekat buaya modern, gavial, atau alligator.
"Ini adalah contoh 'konvergensi evolusioner,' di mana kelompok-kelompok yang saling berjauhan berevolusi agar mirip karena mereka hidup di lingkungan yang sama," jelas Butler.
Phytosaurus adalah reptil semiiaquatic yang bangkainya biasa ditemukan di dekat danau dan sungai air tawar.
Meski phytosaurus hidup pada zaman dinosaurus awal, mereka bukanlah dinosaurus.
Namun, fosil-fosil khusus ini ditemukan dalam endapan dari lingkungan laut purba, puluhan mil dari garis pantai Triassic.
Butler berkata, tidak mungkin keempat phytosaurus mati di darat dan kemudian tersapu ke laut.
"Oleh karena itu, kami pikir ini memberikan bukti terbaik hingga saat ini untuk mendukung gagasan bahwa beberapa phytosaurus hidup di lingkungan laut," kata Butler.
Baca Juga : Israel Sembunyikan Nuklir Saat Perang 6 Hari, Jika Diledakkan, Letusannya Menjangkau Kairo
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR