Intisari-Online.com -AS semakin berupaya untuk melibatkan ASEAN dan para anggotanya sebagai upaya untuk mengendalikan pengaruh China yang semakin besar, mitra dagang dominan di kawasan Asia Tenggara.
Namun, agaknya AS tak bisa lagi membujuk Kamboja untuk menjauhi pengaruh China.
Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh mengatakan China akan membantu memodernisasi dan memperluas pangkalan Angkatan Laut terbesar negaranya.
Pada Oktober tahun lalu, Kamboja mengonfirmasi telah meruntuhkan fasilitas kecil buatan AS di Pangkalan Angkatan Laut Ream sebagai bagian dari peningkatan yang mereka rencanakan.
Tapi, Kamboja membantah laporan bahwa China akan terlibat dalam hal itu.
Kementerian Pertahanan AS alias Pentagon tahun lalu meminta penjelasan dari Kamboja atas pembongkaran tersebut.
Pada Rabu (2/6), Tea Banh menyatakan kepada portal berita Fresh News, Kamboja telah meminta bantuan China.
"Kontribusi (China) untuk pengembangan Pangkalan Ream adalah untuk meningkatkan pertahanan Kamboja di sektor maritim atau memberikan Kamboja basis untuk memiliki tempat yang cocok, bengkel untuk memperbaiki kapal, pelabuhan yang cocok untuk berlabuh," kata Tea Banh.
Seperti dikutip Reuters, Tea Banh mengatakan, "Mereka datang untuk membantu, Kamboja sangat berterima kasih. Dan, bantuan ini telah didiskusikan dengan jelas, bahwa bantuan ini datang tanpa pamrih."
Sebagai satu-satunya sekutu China di Asia Tenggara, Kamboja telah menjadi aset bagi Beijing sebagai anggota ASEAN yang mencari konsensus mengenai keputusan-keputusan utamanya.
Beberapa di antaranya berdampak pada kepentingan strategis Tiongkok.
Seorang juru bicara Kedutaan AS di Phnom Penh merujuk Reuters ke pernyataan resmi yang dikeluarkan setelah kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman.
Selasa (1/6), Sherman meminta klarifikasi tentang pembongkaran gedung-gedung yang AS danai juga mendesak kepemimpinan Kamboja untuk "mempertahankan kebijakan luar negeri yang independen dan seimbang".