Intisari-Online.com - Angkatan Laut Indonesia tengah menjadi pembicaraan dunia.
Ini terkait tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di Perairan Bali pada Minggu (25/4/2021).
Tragedi itu lantas menjadi duka nasional karena TNI AL kehilangan 53 prajurit terbaiknya yang gugur sebagai pahlawan.
Penyebab tenggelamnyaKRI Nanggala-402 juga masih dalam penyelidikan. Apalagi kapal selam itu ditemukan dalam kondisi terbelah menjadi tiga bagian.
Sebelum tragedi,Komandan KRI Nanggala-402 Letkol Laut (P) Heri Oktavian pernah mengungkapkankekhawatirannya terkait kapal selam pada tahun 2020 silam.
Khususnya berita mengenaipemerintahakan mendatangkan kapal selam bekas. Untungnya initidak jadi dilakukan.
Selain itu,Heri pun sempatmenyinggung kapal selam buatan PT PAL (Persero) yang dianggap tidak memuaskan.
Karena tragedi ini, Menteri Pertahanan (Menham) Prabowo Subianto berjanji akan modernisasi sistem persenjataan (alutsista) Indonesia.
Khususnya kapal selam.
Ini karena setelah tenggelamnya KRI Nanggala-402, praktis TNI AL hanya memiliki 4 kapal selam saja.
YaituKRI Cakra-401, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-404.
Namun usianya sudah mulai menua. BahkanKRI Cakdra-401 tergolong kapal selamproduksi Jerman pada 1977.
Tapi sepertinya pemerintah dan TNIsudah punya rencana.
Pada awal April 2021,mereka memang tengah berencanauntuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dengan proyek kapal selam bernilai miliaran dolar.
Dilansir dariinternationalaffairs.org.au padaRabu (28/4/2021), disebutkan bahwa kesepakatan itu untuk memperoleh tiga kapal selam lagi dari Korea Selatan senilai 1,02 miliar Dolar AS.
Angka itu sekitar seperdelapan dari anggaran pertahanan Indonesia.
Hal itu dituliskan dalam artikel berjudul "What Indonesia’s Submarine Purchase Tells Us About Its Strategic Priorities" olehShang-su Wu, seorang peneliti di Program Arsitektur Keamanan Regional di Sekolah Studi Internasional S.Rajaratnam (RSIS), Universitas Teknologi Nanyang di Singapura.
Dia menuliskan dalam artikel itu bahwa itu membuktikanniat strategis negara Asia Tenggara tersebut.
Ditambahkan upaya modernisasi militerIndonesia ditujukan untuk memperoleh Minimum Essential Force (MEF) pada tahun 2024, yang mencakup peningkatan berbagai kemampuan maritim.
Pilihan untuk berinvestasi di kapal selam, dibandingkan opsi lain, mengungkapkan bahwa Indonesia memandang laut sebagai wilayah yang snagat penting.
Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan sering menghadapi berbagai jenis tantangan keamanan selama masa damai.
Seperti penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, dan bencana alam.
Sehingga pembelian kapal selam baru, yang punya tugas ganda seperti kapal permukaan dan pesawat patroli maritim, akan menjadi prioritasutama untuk investasi pertahanan.
Selain itu, kapal selamsecara eksklusif dirancang untuk peperangan konvensional, dan jenis yang diperlukan untuk mendukung strategi laut.
Di masa depan, Indonesia sepertinya tidak bisamenghindari persaingan di antara kekuatan maritim - terutama antara China dan Amerika Serikat (AS).
Oleh karenanya, kepemilikan kemampuanAngkatan Laut tertentu sangat penting bagi Indonesia untuk melindungi kedaulatannya dan berfungsi sebagai alat tawar-menawar dalam politik.