Selain itu, kapal ini mampu mengangkut hasil tambang dan membawa dua set torpedo tabung kaliber 533 milimeter.
Kapal ini juga menjadi saksi bisu runtuhnya hubungan Soviet dan Indonesia.
Gelora Bung Karno
Soviet juga sepakat untuk membantu penyediaan sejumlah peralatan dan memberikan pinjaman untuk penambangan timah dan barang tambang berharga.
Soekarno bahkan meminta agar Uni Soviet membantu pembangunan stadion di Jakarta untuk menunjang perhelatan Asian Games ke-IV pada 1962.
Ketika itu, Indonesia diwajibkan membangun sebuah multi-sports kompleks, yang kala itu belum terbayangkan seperti apa wujudnya.
Pembangunan GBK didanai melalui pinjaman lunak Uni Soviet senilai 12,5 juta dollar AS.
Uni Soviet juga mengirimkan insinyur dan teknisinya untuk merancang Stadion Utama GBK.
Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Kruschev turut hadir dalam pencanangan tiang pancang pertama pada 8 Februari 1960.
Beton yang harus dicor sebanyak 100.000 meter kubik memerlukan 800.000 sak semen.
Beton bertulang untuk Stadion Utama juga tak kalah fantastis.
Sebanyak 21.000 ton besi beton, jika disambung dalam rangkaian panjangnya mencapai 10.000 kilometer.
Total, ada 12.000 lebih tenaga pekerja yang bekerja pagi hingga malam untuk mewujudkan Gelora Bung Karno.
Dua tahun kemudian, pada 24 Agustus 1962, stadion itu resmi dibuka sebagai kelengkapan sarana dan prasarana Asian Games 1962 yang diadakan di Jakarta.
(kompas.com)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR