Intisari-online.com - Tingkat serangan seksual di atas kapal perang ternyata dilaporkan cukup tinggi, daripada lainnya di layanan militer AS.
Menurut Sputnik News, kapal perang angkatan laut, berisiko tinggi mengalami serangan seksual, baik pria maupun wanita.
Kesimpulan ini diumumkan oleh RAND Corp, berdasarkan data yang dikumpulkan sejak 2014, dai 170.000 prajurit.
Dari 15 tempat paling berbahaya bagi wanita di Angkatan Laut AS, adalah 13 kapal perang termasuk delapan dari 10 kapal induk AS.
Menurut Rand, proporsi personel perempuan Angkatan Laut AS mengalami risiko pelecehan seksual di atas kapal sekitar 17,1%.
"Prajurit Amerika menghadapai risiko serangan seksual dan risiko ini meningkat terutama sejak mereka berada di atas unit dan kapal perang tertentu," kata studi itu.
Pada tahun 2014, 500 serangan seksual dilaporkan ke Angkatan Darat dan Marinir AS, di Fort Hood, Fot Bragg, Fort Lewis, Fort Campbell, Fort Bliss, dan Camp Lejeune.
Tingkat serangan seksual terendah di pangkalan dekat ibu kota AS, Washington, mencerminkan pofesionalisme dan kualifikasi tentara yang ditugaskan di Washington.
"Hasilnya mungkin berbeda, karena faktor obyektif, seperti akses alkohol, tingkat kejahatan di masyarakat sekitar," lapor Rand.
Angkatan Udara AS merupakan layanan dengan tingkat kekerasan seksual terendah, sekitar 3,1%.
Selain itu, menurut San Diego Union Tribune, Rand menemukan,bahwa tingkat mabuk dan alkoholisme di antara Marinir dua kali lipat dari Angkatan Udara.
Laporan penilaian didasarkan pada mereka yang minum 4 sampai 5 minuman sekaligus.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa Marinir biasanya memiliki lebih dari satu pasangan seksual dalam setahun dan cenderung tidak menggunakan kondom dengan pasangan baru.
Laporan tersebut menunjukkan statistik perilaku semua layanan militer AS, termasuk pasukan penjaga pantai.
Diperkirakan 17.000 tentara AS berpartisipasi dalam survei tersebut secara acak.
Dr. Sarah Meadows, sosiolog di RAND yang terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan laporan tersebut akan membantu Departemen Pertahanan menilai perilaku tentara di militer.
"Kami tidak ingin menyalahkan siapa pun, tapi Marinir kemungkinan besar akan melanggar aturan," kata Meadows.
"Setiap tentara memiliki budayanya sendiri," katanya.
Menurut Meadows, alasan Marinir memiliki hasil evaluasi yang berbeda dari unit layanan lainnya cukup sederhana.
"Marinir biasanya pria muda, seperti anak laki-laki di universitas," tambahnya.
Selain itu, mereka yang tergabung dalam Marinir AS memiliki kepribadian yang berbeda dengan unit lainnya.
Angkatan Laut AS menempati urutan kedua dalam hal konsumsi alkohol, diikuti oleh Penjaga Pantai dan Angkatan Darat.
Menurut penelitian, alkohol adalah masalah paling menyakitkan di seluruh dinas militer AS.
Hampir 70% tentara yang disurvei mengatakan mereka mendukung minum alkohol di militer.
Sementara itu, tingkat merokok telah menurun secara signifikan di seluruh angkatan bersenjata.
Tentara Amerika cenderung lebih sedikit merokok, menurut Meadows, tetapi rokok elektrik sedang meningkat, dan itu jelas hal yang luar biasa.
Letnan David Morris yang bekerja dalam komunikasi di Marine Expeditionary Force di Camp Pendleton mengatakan laporan RAND telah sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan tempur unit tersebut.
"Marinir terus meningkatkan kemampuan mereka. Kami akan melihat laporan itu dengan hati-hati," kata Morris.
Menurut Morris, Marinir AS melarang penggunaan rokok elektrik dan di banyak wilayah tentara dilarang merokok.
Akhirnya, Meadows berkata bahwa Departemen Pertahanan AS harus menilai tingkat alkohol dan tembakau yang diizinkan untuk digunakan di militer karena tingkat di antara Marinir berada pada tingkat yang sangat tinggi.