Digadang-gadang Jadi Negara Adidaya Baru, China Bersatu dengan Rusia, Turki, dan Iran Guna Saingi Dolar Amerika, Terbongkar Rencana Gila Mereka dan Sudah Dimulai dengan Proyek Ini!

Mentari DP

Penulis

Ilustrasi rupiah dan dolar AS.
Ilustrasi rupiah dan dolar AS.

Intisari-Online.com - Dolar Amerika Serikat atau US Dollar disebut sebagai salah satu mata uang terkuat di dunia.

Guna menyangingi Dolar AS, Uni Eropa juga membuat mata uangnya sendiri. Mereka menyebutnya Euro.

Euro adalah mata uang yang dipakai di 19 negara anggota Uni Eropa.

Baca Juga: Kebenciannya pada Amerika Sudah Mendarah Daging, Militer China Tuduh Mobil Tesla Sebagai Mata-mata Hanya Karena Hal Sepele Ini, TapiTanggapan Elon Musk Sungguh di Luar Dugaan!

Secara giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru dipakai pada tanggal 1 Januari 2002.

Perbandingan dengan Rupiah Indonesia. Per hari ini, Kamis (25/3/2021), 1 Dolar ASbergerak di rentang Rp14.422,5 hingga Rp14.460.

Sementara 1 Eurobergerak di rentang Rp17.074.

Nah, karena Dolar AS begitu kuat, ada dugaan beberapa negara musuh AS tengah menciptakan mata uang internasional baru.

Negara mana saja? Dan apa namanya?

Dilansir dari sputnik.com padaKamis (25/3/2021),China, Rusia, Turki, dan Iran mungkin perlu menghasilkan mata uang internasional baru untuk mengimbangi hegemoni greenback.

Baca Juga: Suka Nyelonong Sana-sini Tapi Tak Mau Diusik Balik, Filipina Syok Bukan Main Lihat Ratusan Kapal China Mengepung Wilayah Lautnya,TernyataNegeri PandaDicurigai Lakukan Kecurangan Ini

Hal itu disampaikan oleh ekonom asal Turki.

Pembuatanmata uang internasional baru itu sendiri tak hanya membantu mengalakan Dolar AS.

Tapi juga perlu mengurangi risiko sanksi dengan memperkuat kemandirian teknologi Moskow dan Beijing sendiri.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sendiri mengatakan bahwa Rusia perlu beralihke pembayaran dalam mata uang nasional mereka, dan mata uang global.

Tapi jika tidak mau menggunakan Dolar AS, maka mereka harus mencari alternatifnya.

Ini bukan pertama kalinya Rusia menyerukan menyangingi Dolar AS dan beralih ke mata uang nasional.

Pada Juli 2019, Rusia dan China menandatangani kesepakatan untuk menyelesaikan perdagangan bilateral dalam mata uang masing-masing.

Sedangkan pada Oktober 2019, kesepakatan serupa dicapai oleh Moskow dan Ankara, Turki.

Sebulan sebelumnya, Bank Sentral Iran (CBI) mengumumkan bahwa Republik Islam (Iran) dan Rusia telah setuju untuk melakukan semua transaksi keuangan dengan uang domestik.

Cara itu cukup baik sebab ada sekitar 30% hingga 40% perdagangan timbal balik antara Iran dan Turki telah diselesaikan di Lira dan Real, serta sisanya dalam Euro.

Baca Juga: Jet Tempur China Ketahuan Nyelonong Puluhan Kali ke Selat Taiwan,Amerika dan Jepang Setuju untuk Bersatu Menyerang China Secara Besar-besaran, KerahkanRencana Gila Ini

Alasan lain, sistem Dolaryang dipimpin AS mendorong dunia ke kemiskinan

"China, Rusia, Turki, dan Iran telah mulai secara bertahap mengubah tatanan keuangan yang ada."

"Di mana sudah sejak lama Amerika Serikat (AS) selau menjadi 'pusat' di seluruh dunia," kata Bartu Soral, mantan manajer Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).

"Ini adalah langkah yang benar, perlu, dan logis."

Tapi Soral menyakini bahwa AS tidak akan tinggal diam. Di mana mereka akan mencoba menghukum negara-negara saingannyadengan sanksi.

Perlu Anda tahu, saat ini dunia menggunakanSistem moneter Bretton Woods.

Sistem inidibentuk pada tahun 1944, tepatnyasetelah Perang Dunia II.

Ini merupakan sistem di mana ASmenciptakan tatanan sistem moneter baru dan membuatnya bisamengelola aliran keuangan di seluruh dunia.

China sendiri telah berupayamendorong internasionalisasi Yuan di negara-negara yang berpartisipasi dalam Belt and Road Initiative (BRI) yang dipimpin Beijing.

Selain itu,China telah membuat proyek Yuan digital yang suatu hari dapat menantang hegemoni dolar dalam perdagangan global, menurut Financial Times.

Jadi kita lihat saja apakah China, Rusia, Turki, dan Iran mampu membuatmata uang internasional baru untuk mengimbangi Dolar AS.

Baca Juga: Laut China Selatan Dikepung Puluhan Pasukan Militer, China Panik Hingga Lakukan Hal Ini Sebulan Penuh, Fokus di Wilayah Utara, Timur, dan Selatan

Artikel Terkait