Intisari-Online.com - Dolar Amerika Serikat atau US Dollar disebut sebagai salah satu mata uang terkuat di dunia.
Guna menyangingi Dolar AS, Uni Eropa juga membuat mata uangnya sendiri. Mereka menyebutnya Euro.
Euro adalah mata uang yang dipakai di 19 negara anggota Uni Eropa.
Secara giral, mata uang ini mulai dipakai sejak tanggal 1 Januari 1999, tetapi secara fisik baru dipakai pada tanggal 1 Januari 2002.
Perbandingan dengan Rupiah Indonesia. Per hari ini, Kamis (25/3/2021), 1 Dolar AS bergerak di rentang Rp14.422,5 hingga Rp14.460.
Sementara 1 Euro bergerak di rentang Rp17.074.
Nah, karena Dolar AS begitu kuat, ada dugaan beberapa negara musuh AS tengah menciptakan mata uang internasional baru.
Negara mana saja? Dan apa namanya?
Dilansir dari sputnik.com pada Kamis (25/3/2021), China, Rusia, Turki, dan Iran mungkin perlu menghasilkan mata uang internasional baru untuk mengimbangi hegemoni greenback.
Hal itu disampaikan oleh ekonom asal Turki.
Pembuatan mata uang internasional baru itu sendiri tak hanya membantu mengalakan Dolar AS.
Tapi juga perlu mengurangi risiko sanksi dengan memperkuat kemandirian teknologi Moskow dan Beijing sendiri.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sendiri mengatakan bahwa Rusia perlu beralih ke pembayaran dalam mata uang nasional mereka, dan mata uang global.
Tapi jika tidak mau menggunakan Dolar AS, maka mereka harus mencari alternatifnya.
Ini bukan pertama kalinya Rusia menyerukan menyangingi Dolar AS dan beralih ke mata uang nasional.
Pada Juli 2019, Rusia dan China menandatangani kesepakatan untuk menyelesaikan perdagangan bilateral dalam mata uang masing-masing.
Sedangkan pada Oktober 2019, kesepakatan serupa dicapai oleh Moskow dan Ankara, Turki.
Sebulan sebelumnya, Bank Sentral Iran (CBI) mengumumkan bahwa Republik Islam (Iran) dan Rusia telah setuju untuk melakukan semua transaksi keuangan dengan uang domestik.
Cara itu cukup baik sebab ada sekitar 30% hingga 40% perdagangan timbal balik antara Iran dan Turki telah diselesaikan di Lira dan Real, serta sisanya dalam Euro.
Alasan lain, sistem Dolar yang dipimpin AS mendorong dunia ke kemiskinan
"China, Rusia, Turki, dan Iran telah mulai secara bertahap mengubah tatanan keuangan yang ada."
"Di mana sudah sejak lama Amerika Serikat (AS) selau menjadi 'pusat' di seluruh dunia," kata Bartu Soral, mantan manajer Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
"Ini adalah langkah yang benar, perlu, dan logis."
Tapi Soral menyakini bahwa AS tidak akan tinggal diam. Di mana mereka akan mencoba menghukum negara-negara saingannya dengan sanksi.
Perlu Anda tahu, saat ini dunia menggunakan Sistem moneter Bretton Woods.
Sistem ini dibentuk pada tahun 1944, tepatnya setelah Perang Dunia II.
Ini merupakan sistem di mana AS menciptakan tatanan sistem moneter baru dan membuatnya bisa mengelola aliran keuangan di seluruh dunia.
China sendiri telah berupaya mendorong internasionalisasi Yuan di negara-negara yang berpartisipasi dalam Belt and Road Initiative (BRI) yang dipimpin Beijing.
Selain itu, China telah membuat proyek Yuan digital yang suatu hari dapat menantang hegemoni dolar dalam perdagangan global, menurut Financial Times.
Jadi kita lihat saja apakah China, Rusia, Turki, dan Iran mampu membuat mata uang internasional baru untuk mengimbangi Dolar AS.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR