Intisari-online.com - Melakukan penyamaran, mungkin adalah hal yang lumrah dan bukan hal yang menarik.
Namun, bagaimana jadinya jika melakukan penyamaran itu dilakukan selama puluhan tahun.
Tentu akan sangat mengejutkan bukan, dan di baliknya tentu adalah alasan besar untuk melakukannnya.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh wanita ini, di mana ia menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk menyamar sebagai seorang pria.
Baca Juga: Baca Juga: Mengenal Hipospadia, Kondisi Bawaan yang Dialami oleh Aprilia Manganang, Mantan Atlet Timnas Voli Hingga Dipastikannya Menjadi Laki-laki
Menurut Eva.vn, wanita tersebut diketahui bernama Abu Daooh yang kini berusia 65 tahun, tinggal di kota Luxor, Mesir.
Dia telah menghabiskan hampir setengah hidupnya untuk menyamar sebagai seorang laki-laki.
Sebelum akhirnya kisahnya viral dan bahkan pemerintah di negaranya memberikan perhatian kepadanya.
Siapa sangka di balik penyamarannya selama 43 tahun itu menyimpan kisah yang sangat memilukan bagi dirinya.
Kisahnya berawal pada saat Daooh berusia 21 tahun, dia mengandung anak perempuan pertamanya pada usia 6 bulan.
Pada saat itu secara mengejutkan suaminya tiba-tiba meninggal dunia.
Dengan demikian Daooh menjadi orang tua tunggal, dan harus hidup untuk menghidupi anak-anaknya.
Saat itu, Daooh diberi nasihat banyak orang untuk menikah dengan pria lain karena dia masih muda, supaya bisa menghidupinya.
Namun, Daooh bersikeras dia tidak mau menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
Sementara di sisi lain, Daooh menghadapi tekanan sosial, dalam komunitas konservatif, di mana perempuan sangat rentang hidup dalam bahaya, dan risiko pelecehan seksual.
Karena dia tidak bisa berdiam diri tanpa memberi makan anak-anaknya, akhirnya dia memutuskan untuk bekerja.
Tetapi karena dia adalah seorang wanita yang dianggap lemah, akan sangat sulit banginya mencari pekerjaan, sehingga Daooh memutuskan menyamar sebagai laki-laki.
Setelah itu, Daooh mencukur rambutnya, dan berpakaian laiknya anak laki-laki lalu mulai mencari pekerjaan.
Awalnya dia bekerja sebagai tukang batu, kemudian dia pindah bekerja sebagai pembuat sepatu.
Dia bekerja dengan menyamar sebagai pria untuk menghidupi anak-anaknya.
"Saudara laki-laki saya semua ingin saya menikah," kenang Daooh saat dia menjalani sisa hidupnya sebagai pria.
Setelah Daooh memutuskan tidak menikah lagi, dia menjadi pria dan bahkan keluarganya tidak mengetahui apa yang dilakukannya.
Saat keluarganya tau dia menyamar sebagai pria untuk mendapatkan pekerjaan, kerabatnya marah.
Namun, Daooh mengatakan saat dirinya berusia 20-30 tahun dia memiliki kekuatan layaknya 10 laki-laki.
Makanya dia tidak ragu mencari pekerjaan kasar, meski keluarganya tidak menyukai tindakannya.
Dia bekeja di kontruksi, melakukan pekerjaan berat seperti mencampur beton, dan seiring berjalannya waktu dia mulai melakukan pekerjaan ringan.
Daooh kemudian bekerja sebagai tukang semir sepatu.
"Sulit bagi seorang wanita untuk melepaskan kewanitaannya, tetapi saya melakukan apapun untuk putri saya, itulah satu-satunya cara untuk menghasilkan uang," katanya.
Semakin tua, Daooh ingin membuka penyamarannya sebagai pria setelah putrinya menikah.
Ironisnya, menantu laki-lakinya jatuh sakit parah setelah menikah dan tidak bisa melakukan pekerjaan.
Awalnya Daooh berpikir putrinya akan hidup bahagia dengan putrinya, mendapat perlindungan, dan nafkah yang cukup, namun situasinya ini merubah segalanya.
Daooh pun melanjutkan penyamarannya, hingga ia merasa terbiasa menyamar sebagai seorang pria.
Dia melakukan pekerjaan laki-laki, supaya tidak khawatir pelecehan seksual, dan penghinaan.
Namun, pada akhirnya setelah melalui banyak kesulitan dan pengorbanan, penyamarannya pun tercium oleh pemerintah negaranya.
Pada tahun 2015, kisah tentang Abu Daooh mulai dikenal publik, bahkan pemerintah memberikan penghargaan kepadanya.
Sebagai ibu paling berbakti, dan memberinya sertifikat hingga kios untuk mempermudah bisnisnya.
Setelah 43 tahun menyamar sebagai pria, Abu Daooh memiliki kehidupan lebih baik, tetapi karena kebiasaanya dia masih sering berpakaian pria seolah hal itu telah melekat ke dalam hidupnya.