Selama 43 Tahun Menyamar Sebagai Pria, Siapa Sangka Alasan Wanita Ini Sangat Membuat Terenyuh, Bahkan Pemerintah Negaranya Sampai Memberikan Hal Ini Saat Mengetahui Kisahnya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Abu Daooh, wanita yang menyamar sebagai pria.
Abu Daooh, wanita yang menyamar sebagai pria.

Intisari-online.com - Melakukan penyamaran, mungkin adalah hal yang lumrah dan bukan hal yang menarik.

Namun, bagaimana jadinya jika melakukan penyamaran itu dilakukan selama puluhan tahun.

Tentu akan sangat mengejutkan bukan, dan di baliknya tentu adalah alasan besar untuk melakukannnya.

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh wanita ini, di mana ia menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk menyamar sebagai seorang pria.

Baca Juga: Baca Juga: Mengenal Hipospadia, Kondisi Bawaan yang Dialami oleh Aprilia Manganang, Mantan Atlet Timnas Voli Hingga Dipastikannya Menjadi Laki-laki

Menurut Eva.vn, wanita tersebut diketahui bernama Abu Daooh yang kini berusia 65 tahun, tinggal di kota Luxor, Mesir.

Dia telah menghabiskan hampir setengah hidupnya untuk menyamar sebagai seorang laki-laki.

Sebelum akhirnya kisahnya viral dan bahkan pemerintah di negaranya memberikan perhatian kepadanya.

Siapa sangka di balik penyamarannya selama 43 tahun itu menyimpan kisah yang sangat memilukan bagi dirinya.

Baca Juga: Inilah Deretan Prestasi Mantan Atlet Voli Timnas Putri, Aprilia Manganang, Hingga Kepastiannya Sebagai Laki-laki

Kisahnya berawal pada saat Daooh berusia 21 tahun, dia mengandung anak perempuan pertamanya pada usia 6 bulan.

Pada saat itu secara mengejutkan suaminya tiba-tiba meninggal dunia.

Dengan demikian Daooh menjadi orang tua tunggal, dan harus hidup untuk menghidupi anak-anaknya.

Abu Daooh melakukan pekerjaan sebagi tukang semir sepatu.
Abu Daooh melakukan pekerjaan sebagi tukang semir sepatu.

Saat itu, Daooh diberi nasihat banyak orang untuk menikah dengan pria lain karena dia masih muda, supaya bisa menghidupinya.

Namun, Daooh bersikeras dia tidak mau menikah dengan pria yang tidak dicintainya.

Sementara di sisi lain, Daooh menghadapi tekanan sosial, dalam komunitas konservatif, di mana perempuan sangat rentang hidup dalam bahaya, dan risiko pelecehan seksual.

Karena dia tidak bisa berdiam diri tanpa memberi makan anak-anaknya, akhirnya dia memutuskan untuk bekerja.

Tetapi karena dia adalah seorang wanita yang dianggap lemah, akan sangat sulit banginya mencari pekerjaan, sehingga Daooh memutuskan menyamar sebagai laki-laki.

Baca Juga: Nekat Menyamar sebagai Dokter, Polisi Menyusup ke Bangsal Covid-19 dan Menangis Menyaksikan Ayahnya Meninggal

Setelah itu, Daooh mencukur rambutnya, dan berpakaian laiknya anak laki-laki lalu mulai mencari pekerjaan.

Awalnya dia bekerja sebagai tukang batu, kemudian dia pindah bekerja sebagai pembuat sepatu.

Dia bekerja dengan menyamar sebagai pria untuk menghidupi anak-anaknya.

Abu Daooh melakukan pekerjaan kasar lainnya, seperti menjadi pembuat sepatu.
Abu Daooh melakukan pekerjaan kasar lainnya, seperti menjadi pembuat sepatu.

"Saudara laki-laki saya semua ingin saya menikah," kenang Daooh saat dia menjalani sisa hidupnya sebagai pria.

Setelah Daooh memutuskan tidak menikah lagi, dia menjadi pria dan bahkan keluarganya tidak mengetahui apa yang dilakukannya.

Saat keluarganya tau dia menyamar sebagai pria untuk mendapatkan pekerjaan, kerabatnya marah.

Namun, Daooh mengatakan saat dirinya berusia 20-30 tahun dia memiliki kekuatan layaknya 10 laki-laki.

Makanya dia tidak ragu mencari pekerjaan kasar, meski keluarganya tidak menyukai tindakannya.

Dia bekeja di kontruksi, melakukan pekerjaan berat seperti mencampur beton, dan seiring berjalannya waktu dia mulai melakukan pekerjaan ringan.

Inilah Abu Daooh saat menunjukkan dirinya sebagai wanita.
Inilah Abu Daooh saat menunjukkan dirinya sebagai wanita.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste Jadi Medan Pertempuran Perang Dunia II, Kisah Anak Laki laki Timor yang Pertaruhkan Nyawa Bantu Pasukan Australia Dikenang Sepanjang Masa

Daooh kemudian bekerja sebagai tukang semir sepatu.

"Sulit bagi seorang wanita untuk melepaskan kewanitaannya, tetapi saya melakukan apapun untuk putri saya, itulah satu-satunya cara untuk menghasilkan uang," katanya.

Semakin tua, Daooh ingin membuka penyamarannya sebagai pria setelah putrinya menikah.

Ironisnya, menantu laki-lakinya jatuh sakit parah setelah menikah dan tidak bisa melakukan pekerjaan.

Awalnya Daooh berpikir putrinya akan hidup bahagia dengan putrinya, mendapat perlindungan, dan nafkah yang cukup, namun situasinya ini merubah segalanya.

Daooh pun melanjutkan penyamarannya, hingga ia merasa terbiasa menyamar sebagai seorang pria.

Abu Daooh juga menerima penghargaan dari pemerintah Mesir.
Abu Daooh juga menerima penghargaan dari pemerintah Mesir.

Dia melakukan pekerjaan laki-laki, supaya tidak khawatir pelecehan seksual, dan penghinaan.

Namun, pada akhirnya setelah melalui banyak kesulitan dan pengorbanan, penyamarannya pun tercium oleh pemerintah negaranya.

Pada tahun 2015, kisah tentang Abu Daooh mulai dikenal publik, bahkan pemerintah memberikan penghargaan kepadanya.

Sebagai ibu paling berbakti, dan memberinya sertifikat hingga kios untuk mempermudah bisnisnya.

Setelah 43 tahun menyamar sebagai pria, Abu Daooh memiliki kehidupan lebih baik, tetapi karena kebiasaanya dia masih sering berpakaian pria seolah hal itu telah melekat ke dalam hidupnya.

Artikel Terkait