Intisari-Online.com - Gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada26 Desember 2004 masih menyimpan trauma mendalam.
Tak hanya bagi warga Aceh sendiri, tapi juga seluruh penduduk Indonesia.
Diketahui, gempa dan tsunami terjadipukul 08:58 WIB di lepas pantai barat Sumatera, Indonesia.
Dilaporkan gempa tersebut berskala 9,1-9,3 dan memicu serangkaian tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan Samudera Hindia.
Gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 meter dan menewaskan lebih dari 280.000 jiwa.
Kejadian mengerikan ini terjadi di 14 negara. Namun Aceh menjadi kota yang paling parah terkena musibah.
Karena kejadian begitu cepat, banyak korban yang dinyatakan hilang dan tidak ditemukan saat ini.
Salah satunya adalah seorang pria yang merupakan seorang polisi.
Diadinyatakan hilang pasca-tsunami 2004 silam di Aceh viral di media sosial.
Pria itu diketahui Bharaka Asep dari Resimen II Pelopor Angkatan 351 99/00.
Asep merupakan pasukan Bantuan Keamanan Operasional (BKO) Brimob Resimen II Kedung Halang Bogor ke Polda Aceh.
Saatkejadian, ia bertugas di Poskotis Brimob Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar.
Pada saat terjadi musibah tsunami mengguncang Aceh tahun 2004 lalu, Asep sedang melaksanakan tugas di posko pengamanan.
Hampir 17 tahun berlalu, mendadak sebuah videoviral di media sosial.
Menariknya, video itu tampakmemperlihatkan sosokBharaka Asep yang selama ini dinyatakan hilang.
Kini Asep ditemukan sebagai salah satu pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Zainal Abidin.
Dalam video yang berdurasi 00.12 detik, tampak terlihat seorang pria berbaju putih yang mengaku seangkatan dengan Asep begitu bergembira.
"Alhamdulillah Asep Letting kita telah ditemukan," kata pria dalam video tersebut.
Namun, pasien yang diduga Baharaka Asep itu tampak bingung dan hanya diam.
Terkait dengan itu, Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol Winardy mengatakan, pihaknya akan melakukan tes DNA dan akan menemui keluarganya di Jawa Barat dan berkoordinasi dengan satuan dinasnya.
"Selanjutnya kepada pasien ini juga akan dilakukan tes DNA, sidik jari, dan pengenalan tanda lahir lainnya," kata Winardy saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan WhatsApp.
Kata Winardy, informasi mengenai adanya pasien RSJ yang diduga personel Polri berawal dari kabar yang beredar melalui pesan grup WA.
Mengetahui, lanjutnya, pihaknya kemudian langsung melakukan kroscek ke RSJ tersebut.
Masih dikatakan Winardy, informasi yang didapat dari pihak RSJ tersebut mengatakan bahwa pasien yang diduga Bharaka Asep mulai dirawat di RS itu sejak tahun 2009.
"Dan (pihak rumah sakit) sempat mengantar kembali ke Desa Fajar, Kecamatan Sampoinet, Aceh Jaya."
"Tapi warga setempat tidak mau menerimanya, sehingga akhirnya dibawa kembali ke RSJ Banda Aceh," ungkapnya.
(kompas.com)