Dikurung di Kandang Besi dengan Leher Terkekang Kalung Baja, Enam Wanita Ini Jadi Budak Nafsu Mantan Tentara yang Justru Selalu Lolos dari Hukum karena Alasan Ini

K. Tatik Wardayati

Editor

Enam wanita ini jadi budak nafsu mantan tentara yang justru selalu lolos dari hukum.
Enam wanita ini jadi budak nafsu mantan tentara yang justru selalu lolos dari hukum.

Intisari-Online.com – Lagi-lagi mengatasnamakan sebuah sekte dengan bumbu-bumbu pemuas nafsu ditemukan di sebuah pedesaan terpencil.

Dengan alasan bergaya hidup bebas, seorang pria yang mantan tentara ini mengaku memiliki banyak pengikut.

Masalahnya adalah dia menjadi para perempuan ini sebagai pemuas nafsunya.

Di sebuah daerah terpencil di pedesaan di negara bagian New South Wales, Australia, seorang pria memiliki enam perempuan yang dijadikan budak seks.

Baca Juga: Selama Ini Bungkam, Mantan Budak Nafsu Tentara Jepang Ini Bocorkan Betapa Bejatnya Tentara Jepang, Wanita di Negara Jajahannya Dirudapaksa 50 Kali Sehari Hingga Alami Hal Ini

Salah seorang mantan budak seks tersebut membeberkan apa yang dialaminya dan mendesak perempuan lain untuk berani berbicara.

Peringatan: Artikel ini berisi mengenai tindak kekerasan dan pelecehan seksual.

Ketika Felicity Bourke menyadari dirinya terkurung dalam sebuah kandang besi dengan kalung baja di lehernya, dia merasa tidak bisa melarikan diri dari James Davis, seorang pria yang dipanggilnya sebagai "master".

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan setelah perempuan tersebut harus melalui manipulasi psikologis, pengendalian koersif, serta kekerasan seksual dari Davis, mantan tentara Australia berusia 40 tahun.

Baca Juga: 'Aku Benci Setiap Detik Setiap Hari Selama 18 Tahun', Kisah Bocah 11 Tahun yang Diculik dan Dirudapaksa Selama Hampir 2 Dekade Hingga Lahirkan Dua Anak

Pekan lalu, Davis ditahan oleh Polisi Federal Australia (AFP) dengan tuduhan melakukan perbudakan, seperti yang dilansir dari ABC Indonesia pada Selasa (16/3/2021).

AFP dapat bergerak setelah program ABC Four Corners dan ABC Investigations memberikan informasi dari penyelidikan selama lima bulan.

Ratusan foto, video, dokumen dan informasi dari lebih dari puluhan orang perempuan menggambarkan tindak kekerasan dan sisi gelap James Davis terhadap mereka.

Menurut catatan polisi, Davis memang pernah melakukan kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan, terutama pada remaja polos yang menjadi sasarannya di media sosial.

Sebelum ditahan, Davis tinggal bersama dengan enam perempuan yang ia panggil "budak" di sebuah properti kawasan terpencil di pedalaman New South Wales.

Para perempuan ini sebelumnya mengatakan bahwa mereka memang memilih untuk tinggal bersama Davis tanpa paksaan.

Felicity yang juga pernah menjadi pasangan Davis mengatakan ia pernah mengalami hal yang sama, bahkan ketika ia sedang menderita akibat kekerasan fisik ekstrem dan kekerasan seksual yang dialaminya selama bertahun-tahun.

"Dia telah mencuri semua hak saya sebagai seorang manusia dan kemampuan untuk hidup bagi diri saya sendiri. Saya takut dia akan membunuh saya," ucap Felicity.

Felicity percaya bahwa dengan membuka suara, orang lain yang mengalami hal serupa juga akan berani bercerita.

Baca Juga: Kisah Tragis Pengakuan Wanita Indonesia yang Dijadikan Budak Nafsu oleh Jepang Saat Menjajah Indonesia, Diculik dan Dirudapaksa Berbulan-Bulan Pada Saat Menikah

"Saya selalu memikirkan bagaimana perasaan perempuan lain dan ketika berada di posisi itu, ketika semua kekuatan yang kita punya direnggut. Sulit sekali untuk melarikan diri," ujarnya.

"Tidak ada penggambaran lain, menurut saya, yang bisa menceritakan apa yang dimilikinya sekarang (selain) sekte," tambahnya.

Di media sosial, Davis berulang kali mengatakan kepada pengikutnya bahwa dia hanya menganut gaya hidup berbeda dan hidup dengan banyak pasangan.

Namun perempuan yang berhasil melarikan diri menggambarkan cerita yang sangat berbeda.

Banyak yang menggambarkan lingkungan tersebut bagaikan sekte yang dikuasai oleh Davis dan pengikutnya, yang sering mengadakan pesta seks dengan narkoba dan alkohol di New South Wales.

Di pesta ini, para perempuan muda dipaksa untuk terlibat dalam tindakan seksual dan juga mengalami kekerasan fisik.

Felicity mengatakan butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadari kejadian yang menimpanya, akibat manipulasi psikologis yang dialaminya.

Meski beberapa keluhan tentang Davis telah dilayangkan kepada pihak berwenang di tingkat negara bagian dan federal, Davis tetap melakukan kegiatannya, dan menarik banyak korban.

Felicity ingin agar Davis diadili.

Baca Juga: Tragisnya Nasib Wanita Budak Nafsu Ini, Sudah Dipaksa Tidur dengan 20 Pria Setiap Malamnya, Dia Juga Harus Menyaksikan Eksekusi Pembunuhan, 'Aku Ingin Berteriak Tapi Tak Bisa'

"Saya tahu bagaimana karakter dia sebenarnya. Dia adalah orang yang sangat berbahaya."

Enam wanita ini jadi budak nafsu mantan tentara yang justru selalu lolos dari hukum.
Enam wanita ini jadi budak nafsu mantan tentara yang justru selalu lolos dari hukum.

Diikat dengan rantai di meja makan

Kepada ABC, Felicity menceritakan pertemuannya dengan James Davis yang menuntun pada peristiwa yang menimpanya.

Umurnya baru 21 tahun ketika ia pindah dari pedalaman New South Wales ke kota Sydney di tahun 2012.

Ia bertemu Davis ketika sedang menempuh studi untuk menjadi polisi.

Selain berusia puluhan tahun lebih tua dari Felicity, Davis juga bertato dan memiliki fisik yang mengintimidasi.

Orangtuanya mengingat pria tersebut sebagai seseorang yang sangat mengontrol, misoginis, dan keras kepala soal hak laki-laki.

"Ketika bertemu dengannya, saya merasa direndahkan, orangnya tidak sopan, dan cari perhatian," ungkap ibu Felicity, Dianne Bourke.

Dan menurut Diana, Davis tidak menyembunyikan sifat pengendalinya dan bagaimana ia seolah berkuasa atas putrinya.

Baca Juga: Kisah Pilu Marina Chapman; Saat Balita Dibuang ke Hutan, Dirawat Kawanan Kerja, Hingga Dijadikan Budak Nafsu oleh Para Pemburu

"Saya ingat memberitahu suami saya, 'Kita ada dalam masalah besar. Pria ini sangat berbahaya'," ungkapnya.

Davis dengan cepat menjadi dekat dengan keluarga Felicity dan mulai melakukan kekerasan fisik.

"Waktu itu kami baru berpacaran selama empat bulan ketika ia meninju wajah saya di jalan," tutur Felicity.

Pria itu juga memintanya menandatangani kontrak yang menyatakan "penyerahan dan pelayanan" Felicity padanya.

Kekerasan ini, menurut Davis, adalah bagian dari hubungan master dengan hamba BDSM, kegiatan seksual yang melibatkan disiplin, dominasi, perilaku sadis, dan penyerahan, di antara keduanya.

Setelah enam bulan menjalani hubungan, Davis mulai memaksa Felicity untuk menulis semua kegiatan yang dilakukannya dalam buku yang harus diserahkan kepada Davis.

Ratusan halaman tulisan tangan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 itu berisi cerita tindakan kekerasan dan kontrol koersif yang dilakukan Davis.

"Ia bisa membaca pikiran saya, ia tahu segalanya tentang saya," kata dia merujuk pada isi catatan harian itu.

Dia juga pernah beberapa kali diikat dengan rantai besi.

Baca Juga: Bukan Sembarang Wanita Penghibur, Selir Raja Thailand Ternyata Memiliki Pangkat Seperti Pasukan Militer Hingga Gelar Sesuai Kemampuannya Menyenangkan Raja

"Saya pernah diikat dengan rantai yang diikatkan ke kaki meja makan. Dan dia juga memiliki kandang tempat pemberian hukuman."

Felicity mengatakan masa kurungan terlamanya adalah tiga hari.

Ia juga pernah dipaksa menjadi "pekerja seksual" untuk melayani pria yang masuk dalam kelompok Davis.

Penyelidikan ABC membuat polisi bergerak Program 'Four Corners' di ABC mengetahui bahwa sudah ada beberapa laporan yang pernah dibuat mengenai James Davis kepada pihak berwenang baik di tingkat negara bagian maupun pemerintah federal selama beberapa tahun terakhir.

Ketika ABC menghubungi Polisi NSW dan AFP bulan lalu, kedua pihak mengatakan mereka tidak sedang menyelidiki tentang Davis.

Unit perdagangan manusia AFP mulai melakukan penyelidikan berdasarkan informasi yang diberikan oleh program 'Four Corners' dari ABC.

Detektif Pengawas Paula Hudson dari AFP mengatakan salah satu tantangan utama bagi polisi ketika menyelidiki masalah perbudakan atau perdagangan manusia adalah bagaimana para korban tidak menyadari bahwa mereka sedang dalam posisi seperti itu.

"Tanpa adanya korban, dalam banyak kasus kami tidak bisa melakukan penuntutan," katanya.

"Kami meminta kepada komunitas Australia untuk melaporkan kepada kami. Korban, saksi, siapa saja yang terkena dampak dari perdagangan manusia dan perbudakan, dan khususnya dalam kasus ini untuk melaporkan kepada AFP." (Shintaloka Pradita Sicca)

Baca Juga: Bikin Ngilu, Wanita Ini Ceritakan Bejatnya Kelakuan Tentara Jepang Pada Masa Penjajahan,Wanita yang Jadi Budak Nafsu Sehari Dirudapaksa 50 Tentara, Sampai Terinfeksi Penyakit Kelamin

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait