Intisari-online.com -Sudah jadi rahasia umum jika benua Afrika menjadi sumber perhiasan terindah di dunia.
Batu-batu dan logam mulia memang banyak yang berasal dari sana.
Namun hal itu sayangnya tidak terfasilitasi dengan baik.
Banyak negara-negara pemilik tambang-tambang emas ataupun berlian yang justru jatuh miskin.
Semua itu disebabkan oleh perpecahan yang terjadi di negara-negara Afrika.
Militan yang berupaya mengkudeta pemimpin resmi selalu ada dan kerusuhan selalu terjadi di banyak negara Afrika.
Banyak dari tambang-tambang itu akhirnya rusak ataupun ditutup karena diperebutkan oleh militan dengan pemerintah.
Seperti yang terjadi di Sudan.
Dilansir dari mining.com, Sudan kini berencana membuka kembali jaringan tambang yang dulunya pernah memproduksi sepertiga emas negara itu.
Tambang itu sampai tahun lalu masih dimiliki oleh keluarga pemimpin militan paling kuat di Sudan.
Kementerian Pertambangan Sudan mengatakan Senin kemarin jika mereka telah mengirim tim dari Otoritas Umum Penelitian Geologi untuk menentukan seberapa cepat tambang Darfur Utara dapat meneruskan produksi.
Aset diberikan ke pemerintah Sudan Mei 2020 setelah berada di tangan Al Gunade selama 4 tahun.
Al Gunade adalah perusahaan konstruksi dan perdagangan yang dimiliki oleh sepupu dari pemimpin milisi Mohamed Hamdan.
Hamdan bergabung dengan kudeta 2019 menggulingkan diktator Omar al-Bashir.
Emas Sudan diperkirakan mencapai 76.6 ton tahun 2019 kemarin menurut Dewan Emas Dunia.
Angka itu senilai dengan produksi terbesar ketiga Afrika, meskipun masih banyak sekali emas yang diselundupkan atau dijual secara ilegal.
Bertahun-tahun lamanya, bank sentral telah memonopoli ekspor dengan cara membeli emas secara lokal dengan harga pas di situs koleksi nasional, yang menyebabkan perdagangan ilegal.
Peraturan yang disetujui awal tahun 2020 membuka ekspor emas bagi perusahaan swasta.
Hal itu memungkinkan mereka menangani semua ekspor dan menghindari campur tangan pemerintah.
Namun peraturannya cukup jeli.
Tambang swasta hanya bisa mengekspor 70% dari hasil mereka.
Sementara sisanya masuk ke bank sentral.
Beberapa bulan kemudian, Sudan mengambil langkah membuka perdagangan dalam berbagai logam mulia yang lebih jauh ke investor swasta.
Hal tersebut memungkinkan mereka untuk menangani semua ekspor dan mengambil bisnis dari tangan negara.
Bisnis emas Al Gunade
Mohamed Hamdan termasuk tokoh penting dalam kudeta Sudan, seperti dilaporkan The Africa Report.
Ia menjadi tokoh nomor 2 di pemerintah baru, sementara itu Al Gunade dipegang oleh adiknya Abdul Rahim Dagalo dan dua anaknya.
Hamdan sendiri terdaftar sebagai direktur.
Baca Juga: Somalia dan Sudan Selatan Negara Paling Korup di Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?
Sampai saat ini, Sudan mengekspor 16 miliar Dollar emas ke Uni Emirat Arab tiap tahunnya.
Hamdan mulai berkuasa sebagai pemimpin komando brigadir jenderal dari 5000-6000 tentara militan dukungan pemerintah Janjaweed.
Mereka dinamai Pasukan Pendukung Cepat dan tahun 2017 telah mengambil alih tambang emas di Darfur bersama tiga tambang lain.
Sejak saat itulah peraturan penjualan emas yang harus melibatkan bank sentral negara mulai diterapkan.
Baca Juga: Terus-menerus Jadi Negara Paling Korup di Dunia, Ini 10 fakta Memilukan Somalia
Hasil penjualan digunakan untuk membeli senjata baru dan kapal untuk ribuan truk pick-up kamuflase dengan senjata di dalamnya.
Ratusan tambang lain di seluruh negara dikendalikan oleh perusahaan tidak jelas yang berkaitan dengan pasukan keamanan di bawah rezim Bashir.
Partai Kongres Nasional yang berkuasa mengontrol tambang dan properti senilai lebih dari 1 miliar Dollar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini