Untuk sisi desa Jepang, membuat struktur bangunan Jepang terbukti lebih sulit.
Banyak bahan seperti Sugi (cedar Jepang), kayu konstruksi utama, dan tikar Tatami untuk lantai tidak tersedia di luar Jepang, sehingga Angkatan Darat AS harus menggunakan penggantinya.
Begitu tes pembakar dimulai, petugas mencatat hasil dari jarak 400 meter di bunker beton.
Mereka mendokumentasikan semuanya mulai dari seberapa kuat api menyala, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan sebagainya.
Begitu Angkatan Darat mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, api dipadamkan dan para kru khusus memperbaiki struktur agar bisa dibom lagi.
Banyak data yang dihasilkan oleh tes ini terbukti sangat berharga dalam mengatur serangan bom api yang kontroversial di kota Dresden dan Tokyo.
Apa yang membuat seluruh uji coba ini mengganggu adalah bahwa rekayasa tersebut secara eksplisit diarahkan pada penghancuran kehidupan sipil.
Tentara membangun rumah tiruan dan bukan pabrik, memperjelas tujuan senjata ini.
Baca Juga: Siapakah Pribumi Indonesia? Benarkah Nenek Moyang Kita Berasal dari Taiwan?
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR