Intisari-Online.com -Pada Minggu (14/2/2021), Pemerintah Turki mengklaim militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) melanggar larangan mengeksekusi para tawanan, termasuk personel militer dan polisi di tengah operasi militer terhadap kelompok itu.
Melansir Reuters, Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya mendukung Turki dan mengutuk pembunuhan tersebut jika dipastikan bahwa tanggung jawab ada pada PKK.
Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) menetapkan PKK sebagai organisasi teroris.
Tetapi di Suriah pasukan AS telah berperang bersama dengan pejuang YPG Kurdi yang dianggap Ankara terkait erat dengan PKK.
Namun, Presiden Turki Tayyip Erdogan menyindir bahwa pernyataan kecaman AS adalah "lelucon".
Erdogan menuduh AS mendukung militan Kurdi yang menurut Ankara mengeksekusi 13 warga Turki yang diculik di Irak utara, pada Senin (15/2/2021).
"Sekarang ada pernyataan yang dibuat oleh Amerika Serikat. Itu lelucon. Apakah Anda tidak seharusnya melawan PKK, YPG? Anda jelas mendukung mereka dan mendukung mereka," kata Erdogan kepada pendukung Partai AK-nya di Laut Hitam kota Rize.
Sejak Joe Biden terpilih sebagai Presiden AS tahun lalu, Turki telah berulang kali mengatakan ingin meningkatkan hubungan yang tegang dengan AS.
Tetapi dukungan AS untuk YPG telah membuat marah Ankara dan tetap menjadi perselisihan utama antara sekutu.
Erdogan mengatakan bahwa Ankara akan melanjutkan operasi lintas perbatasannya ke Irak melawan PKK.
Organisasi itu telah melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun di Turki tenggara yang sebagian besar orang Kurdi.
Lebih dari 40.000 orang telah tewas karena pemberontakan tersebut.
Erdogan mengatakan, "Jika kami bersama Anda di NATO, jika kita ingin melanjutkan persatuan, maka Anda harus bertindak dengan tulus terhadap kami. Kemudian, Anda akan berdiri bersama kami, bukan dengan teroris."
Dia mengatakan tidak ada yang bisa mengkritik operasi lintas perbatasan Turki di Suriah atau Irak setelah pembunuhan itu, dan negara-negara harus memilih antara Turki dan militan.