Obat eksperimental itu diciptakan kurang dari setahun yang lalu, dan didorong ke dalam penelitian dan pengujian.
Times of India memberitakan, salah satu ilmuwan utama yang terlibat dalam penelitian tersebut, Profesor Arber mengatakan bahwa penemuan obat baru semacam itu dapat menurunkan beban komunitas medis, dengan atau tanpa pandemi hilang.
"Bahkan jika vaksin melakukan tugasnya dengan baik, dan bahkan jika tidak ada mutasi baru, dengan satu atau lain cara, virus corona akan tetap bersama kita. Itulah mengapa kami mengembangkan obat khusus ini: EXO-CD24. Ini belum pernah terjadi sebelumnya," papar Arber.
Bagaimana obat itu bekerja melawan COVID-19? Menurut para peneliti, obat yang disebut EXO-CD24 memiliki kemanjuran 96%, sebagaimana dibuktikan oleh studi awal.
Hingga saat ini, belum ada obat penawar virus corona yang berhasil dibuat secara global.
Obat pengobatan yang digunakan saat ini, seperti Tocilizab, Favipiravir, Remdesivir semuanya telah digunakan kembali dan memiliki risiko efek samping.
Yang membuat obat ini menarik adalah harganya yang ekonomis dan penggunaannya yang mudah.
Menurut ilmuwan Israel yang saat ini terlibat dalam studi pengobatan, obat EXO-CD24 harus diberikan 5 hari berturut-turut.
Menurut penelitian, obat tersebut menggunakan 'eksosom', yang bekerja sebagai pembawa untuk mengangkut protein penting, CD24, yang membantu mengatur fungsi kekebalan ke paru-paru.
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR