Intisari-online.com - Selama bertahun-tahun, batu misterius di Death Valley membuat pusing para ilmuwan.
Banyak ilmuwan berusaha memecahkan misteri batu bergerak di Death Valley, namun tak ada jawaban masuk akal, untuk mengungkap fenomena aneh ini.
Terletak di daerah terpencil di Taman Nasional Death Valley, di California, Amerika.
Batuan berat bisa bergerak dengan sendirinya, meninggalkan jejak di dasar sebuah danau kering bernama Racetrack Playa.
Batuan ini tampak bergerak setelah meninggalkan jejak seperti garis bekas batuan itu bergerak.
Orang-orang telah banyak mencoba memecahkan misteri ini, banyak yang berteori soal alien, hingga medan magnet.
Tetapi tidak ada yang memberikan jawaban masuk akal, dan misteri ini belum terpecahkan hingga sekarang.
"Sangat mengejutkan, semakin lama Anda tinggal di sana, semakin menimbulkan rasa penasaran," kata penjaga hutan sekitar Alan Van Valkenburg.
Para ilmuwan mencoba menguak misteri batu bergerak ini, beberapa peneliti berpendapat angin puyuh pasir yang membuatnya bergerak, memindahkan batu seberat 318 kg ini.
Beberapa peneliti lain percaya bahwa angin kencang yang sering bertiup melalui dasar danau, menyebabkan bebatuan meluncur di tanah.
Namun, hipotesis tersebut ditolak, dan saat ini komunitas ilmiah belum bisa memberikan jawaban yang akurat.
Menurut Slate.com, beberapa jejak yang ditinggalkan batu memiliki panjang hingga 250 meter, beberapa jalur membentuk kurva, dan beberapa meninggalkan jejak garis lurus.
Ada juga yang bergerak lurus, tetapi kemudian batuan ini tampak berbelok, sehingga makin membingungkan peneliti.
Tahun 2006, Ralp Lorenz, ilmuwan NASA, mempelajari kondisi di Death Valley, dia membandingkan dengan kondisi meteorologi lembah tersebut.
Dengan yang ada di dekat Ontario Lacus, danau Hidrokarbon yang luas di Titan, bulan Saturnus.
Tetapi saat menyelidikinya, dia tertarik pada bebatuan misterius di danau kering Racetrack Playa Ini.
Ralp Lorenz menggunakan wadah makanan Tupperware biasa untuk menunjukkan bagaimana batu-batu itu bisa bergerak.
Dia memasukkan batu ke dalam wadah yang berisi air itu, kemudian meletakkannya di Freezer.
Kemudian, Ralp mengambil batu yang membeku itu menaruhnya di nampan besar berisi air dengan pasir di atasnya, dan saat diletakkan batu itu akan bergerak dengan sendirinya..
Ralp dan timnya, menghitung selama musim dingin di Death Valley, cukup ada air dan es terbentuk.
Hal itu membuat kondisi licin dan memungkinkan batuan itu bergerak sendiri, ditambah dengan angin yang berhembus.
Kemudian pada 2013, dua ilmuwan Jim dan Richard Norris, mengunjungi dasar Death Valley, mereka menemukan ada banyak faktor yang membuat batu ini bergerak.
Pertama lembah ini ditutupi lapisan air yang cukup membuat batuan ini terapung, suhu rendah menciptakan es tipis di atasnya, kemudian cukup untuk mendorong batu itu.
Kedua, saat matahari terbit suhu naik, es di permukaan pecah, pada titik ini, lapisan es yang dibantu angin mendorong batu itu untuk bergerak.
Namun, penelitian ini hanya diamati dari batuan kecil, dan belum bisa menjawab fenomena batuan besar yang bergerak.
Uniknya lagi, tak satupun pernah melihat batuan besar ini bergerak, namun meninggalkan bekas jejak yang membuatnya seolah bergerak, hal itu membuatnya semakin misterius.
Selain itu Death Valley dikenal sebagai daerah yang mengerikan, karena menurut legenda banyak orang tewas di kawasan ini.
Tahun 1849, sekelompok pencari emas tersesat di lembah ini, mereka tersiksa oleh panas hingga kelaparan, pada 1850 hanya satu orang yang selamat dari tempat ini.
Tahun 1941, ekspedisi Amerika tersesat di sini namun mereka semua binasa semuanya, dan berlanjut hingga 1949, ekspedisi lain juga mengalami kondisi serupa.
Mereka yang ditemukan, mati dengan cara membingungkan, sehingga tempat itu dikenal dengan nama Death Valley.