Intisari-Online.com - Pergantian tahun hingga pergantian Presiden Amerika Serikat (AS) sepertinya tidak mempengaruhi situasi di Laut China Selatan.
Sebab, faktanya konflik di perairan termahal di dunia tetap memanas.
Malahan memasuki awal tahun 2021, konflik sampai dititik 'siap berperang'.
Ini karena ketegangan antara kedua negara adidaya, AS dan China, telah meningkat selama sebulan terakhir.
Pada bulan Januari, jet militer milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan serangan rudal simulasi terhadap kapal induk Amerika, USS Theodore Roosevelt.
Alasannya kapal induk AS itu berpatroli di perairan dekat Taiwan.
Lebih lanjut, Kementerian Pertahanan China mengeluarkan pernyataan tanpa kompromi pada Kamis lalu yang memperingatkan Taipei bahwa "kemerdekaan berarti perang".
Menulis di Financial Times, Diana Choyleva, kepala ekonom di Enodo Economics, mengatakan bahwa tim risetnya percaya bahwa peluang untuk menghindari konflik di Taiwan telah turun secara dramatis.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR