Intisari-Online.com – Para penyuka pagelaran Wayang, terutama Wayang Kulit, selain menunggu lakon-lakon yang dimainkan oleh dalang sepanjang malam, ada lakon yang sebenarnya mereka tunggu-tunggu.
Adalah kehadiran Semar dengan ketiga anak-anaknya, yaitu Petruk, Gareng, dan Bagong.
Mereka selalu hadir di tengah-tengah pertunjukan wayang dan ketegangan para penontonnya menanti lakon selanjutnya dari dalang.
Semar dan anak-anaknya selalu hadir dengan banyolan-banyolan yang khas, namun sarat dengan makna dalam kehidupan sehari-hari.
Siapakah sebenarnya tokoh Semar ini?
Semar mungkin salah satu karakter tertua dalam mitologi Indonesia yang konon tidak diturunkan dari mitologi Hindu.
Semar menjadi terkenal dalam pertunjungan Wayang, terutama Wayang Kulit, terutama di pulau Jawa dan Bali.
Sosoknya digambarkan sebagai seorang pria yang sebenarnya tidak menarik, pendek, payudaranya agak besar, bokong yang besar, dan keinginan untuk selalu kentut.
Di balik penampilannya yang khas itu, Semar memainkan peran penting dalam mitos penciptaan yaitu sebagai kakak dari dewa tertinggi Batara Guru (dewa Hindu Siwa).
Dalam pertunjukan wayang tradisional yang dikenal masyarakat, Semar adalah pelawak dan punggawa raja.
Semar tidak digambarkan sebagai karakter pahlawan, ia hanyalah mewakili rakyat biasa.
Semar juga dikenal sebagai dhanyang (roh teritorial) Jawa dan pamong (pemimpin) rakyat.
Dia juga sering disebut dengan kehormatan Kyai Lurah, yang secara kasar diterjemahkan sebagai Kepala Yang Terhormat.
Oleh karena itu ia sering dipanggil Kyai Lurah Semar.
Asal usul Semar
Ada banyak versi yang menjelaskan asal usul semar.
Penjelasan yang masih beredar hingga hari ini, semar bukanlah hanya berasal dari tradisi mendongeng saja, namun lebih dari cerita tentang dewa-dewa kuno di Indonesia.
Baca Juga: Mengapa Drupadi Punya Lima Suami Pandawa? Ini Kisah Sebenarnya Menurut Tradisi India
Asalkan masih sesuai dengan moral yang diajarkan, maka pendongeng dapat menambahkan atau mengubah cerita atau karakter pada sosok Semar ini, melansir ancient-origins.net.
Demikian pula yang sering kita lihat dalam pertunjukan Wayang Kulit, karakternya bisa dimodifikasi dengan agenda politik atau apa pun yang sedang terjadi pada saat itu.
Tak aneh, bila kita sering kali melihat tokoh-tokoh Wayang yang berusia berabad-abad lampau membahas politik Indonesia saat ini.
Seperti halnya dengan asal usul Semar, misalnya, dia adalah ayah Siwa bahkan cucu Sang Hyang Ismaya.
Lalu, ketika Islam menyebar di Indonesia, asal usul Semar disebutkan sebagai cucu Adam, manusia pertama.
Sebagai punggawa, Semar diakui sebagai saudara Pandawa termuda, yaitu punggawa Sahadewa.
Namun, banyak orang melihatnya sebagai punggawa pangeran Rama dari kisah Ramayana atau salah satu Pandawa bersaudara dari kisah Mahabharata.
Sementara, menurut salah satu versi kitab Purwacarita, Semar sebenarnya adalah titisan Sang Hyang Ismaya, kakak dari Batara Guru, dan ayah dari Batara Surya (dewa matahari Hindu Surya).
Semar digambarkan adalah salah satu dari tiga dewa prajurit terkuat yang lahir dari satu telur dewa.
Saudara laki-lakinya yaitu Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Manikmaya (yang disebut Batara Guru).
Apa pun versi asal usulnya, Semar dianggap sebagai seorang bapak yang bijaksana.
Baca Juga: Bertahan di Tengah Pagebluk, Para Seniman Wayang Orang Berteman dengan Teknologi
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari