Advertorial
Intisari-online.com - Rahwana adalah Penjahat. Rama adalah pahlawan.
Kredo yang sudah mendarah daging ini mungkin benar.
Namun dalam urusan cinta, sekali lagi dibatasi dalam urusan cinta, kredo tersebut mungkin bisa diperdebatkan.
Karena saya percaya bahwa manusia itu punya dua sisi (tidak ada yang sepenuhnya hitam, tidak ada yang sepenuhnya putih).
Coba sekarang kita melihat dari sisi Rahwana atau dari sisi orang lain yang kita tak bisa melihatnya.
BACA JUGA:Tanda-tanda Pasangan Hanya Memanfaatkan Anda, Salah Satunya Mungkin Sedang Anda Rasakan
Dalam sebuah epik diceritakan, Rahwana mencintai satu wanita, Dewi Sinta namanya.
Sang waktu akhirnya mempertemukannya dengan Sinta yang sayangnya sudah menjadi istri Rama, Raja Ayodya, karena memenangi sayembara di Kerajaan Mantili.
Melihat cinta sejatinya sudah menjadi milik orang lain, Rahwana tinggap punya dua pilihan: merelakannya atau merebutnya dengan taruhan apa pun, bahkan nyawa.
Dan, Rahwana memilih pilihan kedua.
BACA JUGA:Mulai Sekarang, Berhentilah Makan Nasi Sisa Kemarin! Ini Alasannya
Sinta pun diculiknya dan dibawa pulang ke Alengka. Selama tiga tahun disekap, Sinta diperlakukan bak ratu oleh Rahwana.
Meski dia bisa memaksa atau bahkan memperkosa Sinta, Rahwana tak pernah mau melakukannya. Rahwana tahu, cinta sejati tak butuh dipaksa.
Dia pun tak pernah menyentuhnya. Menunggu. Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya.
Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti. Entah kapan.
APA YANG DATANG DARI HATI AKAN SAMPAI KE HATI
Setiap hari Rahwana mendatangi Sinta dengan beragam puisi. Dia selalu minta maaf karena telah menculiknya.
Semua itu dilakukan semata mata karena cinta dan ingin menjadikan Sinta sebagai permaisuri, satu-satunya istri terkasih. Namun, Sinta selalu menolak.
Apa yang datang dari hati, pasti sampai ke hati. Sekejam apa pun Rahwana, ketulusannya pelan-pelan dirasakan oleh Sinta.
Selama dirinya di Alengka, Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga mengubah suasana kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian. Sinta mulai tergoda tapi di sisi lain dia tak mau mengkhianati suaminya.
BACA JUGA:Cara Mengusir Sakit Kepala Dalam 5 Menit Tanpa Pil Ataupun Obat Kimia
Namun, hingga hampir tiga tahun lamanya, kenapa Rama tak kunjung juga menyelamatkannya? Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?
“Duhai wanita terkasih, kamulah satu-satunya wanita yang terpatri di tulang dan tercetak di jantung. Aku siap mati untukmu,” kata Rahwana penuh harap kepada Sinta.
Sinta menjawab, "Jujur. Aku sebenarnya juga mencintaimu. Kamu selalu memperlakukanku dengan baik. Tapu aku juga tak mau menghianati cinta suamiku. Jika kamu mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku kepada suamiku."
Kata-kata Sinta ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Sebab, selama hidupnya, hanya kata-kata itulah yang dinanti.
“Baik, jika itu maumu, sebagai ksatria, aku akan berduel satu lawan satu dengan Rama. Jika dia bisa mengalahkanku, maka aku akan mengembalikanmu kepadanya,” tegas Rahwana.
Ketika Rama datang dengan balatentara wanara plus hanoman, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya.
“Aku mencintai Sinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut ‘mengacau’ sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan kembali Sinta.”
BACA JUGA: (Video) Demi Selamatkan Suaminya, Ibu Ini Tembaki Penjahat di Depan Rumah Mereka
PENDERITAAN CINTA
Singkat kata, pertarungan pun terjadilah. Dengan dibantu Hanuman, berhasil mengalahkan Rahwana dan membunuhnya. Sinta yang cantik pun kembali jadi miliknya.
Sinta senang. Dia lari menghambur ke pelukan Rama. Namun, sambutan Rama justru mengagetkannya. Rama curiga, jangan-jangan Sinta telah dinodai Rahwana. Berkali-kali Sinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rahwana tidak sekali pun pernah menyentuhnya.
Tapi Rama tak juga percaya. Hingga akhirnya, Sinta nekat membuktikan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api. Karena dia masih suci, api tak bisa membunuhnya. Barulah setelah itu Rama baru mau menerimanya kembali.
Tinggal kemudian sukma Rahwana yang menangis sejadinya karena nestapa cinta. Kenapa takdir tidak memilihnya? Andai dia ikut perlombaan di Kerajaan Mantili, niscaya Sinta menjadi miliknya. Pasalnya, kesaktian Rama ada di bawahnya.
Kenapa pula Sinta memilih pria yang tidak mempercayainya 100 persen? Sementara bagi Rahwana, Sinta ternoda atau tidak, dia tetap akan mencintainya.
Budayawan Sujiwo Tejo, dalam novel bertajuk “Rahvayana: Aku Lala Padamu”, menggambarkan ketulusan cinta Rahwana dengan sangat menyentuh hati. “Tuhan, jika cintaku kepada Sinta terlarang, kenapa Kau bangun begitu megah rasa itu di hatiku?”
BACA JUGA:Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak