"Dulu bapak sekolah di Sekolah Rakyat, lalu ada kawan bapak yang bawa beliau
sekolah pelayaran di Jawa. Bapak kemudian berangkat dari Desa Tewa ke Pulau
Jawa. Setelah lulus, ia kemudian menjadi tentara Jepang," kata Hernison saat
mendampingi ayahnya berkunjung ke Desa Sambi, Selasa (23/8/2016).
Baca Juga: Sebelum Terperosok dalam Star Syndrome, Kenali Ciri-cirinya dari Terlena hingga Lupa Diri
Saat Jepang kalah dari sekutu, Imanuel kemudian bergabung ke Tentara Rakyat Indonesia (TRI).
Saat bergabung di TRI itu, ia sempat berperang di Surabaya dan sekitarnya.
"Pada saat penerjunan itu, semua anggota selamat, namun saat istirahat di
pondok tak jauh dari lokasi pendaratan, mereka dikepung pasukan Belanda dan
terjadi kontak senjata hingga menyebabkan tiga orang pejuang tewas," lanjut
Hernison.
Saat pengepungan oleh pasukan Belanda itu, beberapa orang sempat
meloloskan diri, termasuk Imanuel. Namun, pada akhirnya semuanya
tertangkap.
Imanuel menjadi orang terakhir yang tertangkap. Mereka yang tertangkap
kemudian dipenjarakan Belanda di Nusakambangan.
Setelah melalui berbagai perundingan, seluruh tahanan akhirnya dibebaskan.
"Setelah bebas, bapak ditugaskan di beberapa tempat, termasuk pernah di
kebun binatang Wonokromo. Setelah Pak Tjilik jadi gubernur, ia ditarik jadi
kabiro humas sampai akhirnya pensiun pada tahun 1980," ungkapnya.
Di masa tuanya itu, Imanuel terkadang meminta kepada anak-anaknya agar
dibawa ke Desa Sambi, tempatnya mendarat dulu. Ia ingin menemui warga
desa.
Immanuel Nuhan meninggal dunia pada 9 Oktober 2019 di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya, pada usia 96 tahun.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR