Intisari-Online.com - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran memanas sejak awal tahun 2020.
Itu dikarenakan kematianMayor Jenderal Qasem Soleimani, perwira militer senior Iran dalam Pasukan Pengawal Revolusi Islam.
Soleimani yang merupakan salah satu top Jenderal Iran, tewas dalam serangan udara yang diperintahkan mantan Presiden AS Donald Trump.
Kejadian itu terjadi di Irak.
KematianSoleimani lantas membuat Iran berniat membalas dendam kepada AS.
Beragam cara telah dilakukan Iran. Seperti yang baru-baru ini terjadi.
Dilansir dariSputnik News pada Minggu (31/1/2021),Iran baru-baru ini mengklaim telah memiliki persediaan rudal yang cukup untuk menghadapi serangan AS.
Di mana Iran bersiap menghadapi segala konflik yang mungkin terjadi di masa depan.
Republik Islam Iran nampaknya mulai percaya diri dalam menjaga kedaulatan negaranya dari ancamanAS.
Baru-baru ini seorang petinggi militer Iran mengungkap bahwa negaranya telah menyiapkan banyak rudal yang cukup untuk menangkal serangan AS.
Awal bulan ini, beberapa saat sebelum pelantikan Joe Biden, Iran bahkan melakukan latihan rudal skala besar di tenggara Iran dan Samudra Hindia utara yang mensimulasikan pertempuran skala besar melawan pasukan angkatan laut musuh.
Jenderal Rahim Noei-Aghdam, komandan pangkalan militer Hazrat Zeinab Korps Pengawal Revolusi Islam, mengindikasikan bahwa saat ini kemampuan teknologi dan daya tembak senjata AS tidak lagi menjadi ancaman.
"Jika dulu kehadiran AS di perairan internasional dekat Iran dianggap sebagai ancaman bagi negara, hari ini, berkat kekuatan pencegah dan rudal, kami memiliki kemampuan untuk menghancurkan kapal-kapal Amerika," ungkap Rahim seperti dikutip dariSputnik News.
Sang jenderal juga membandingkan kemampuan pasukan AS di Asia Barat yang dinilainya tidak mampu bertindak cepat dalam pertempuran.
Berbeda dengan Front Perlawanan yang memiliki keunggulan dalam kecerdasan, mobilitas, pertempuran, kekuasaan, kekuatan, kohesi, persatuan, dan moral.
Front Perlawanan atau Resistance Front merujuk pada aliansi politik yang juga dikenal sebagai Axis of Resistance,yang mencakup Iran, Suriah, Popular Mobilisation Forces, dan Hisbullah Lebanon.
Semua pasukan tersebut telah bekerja sama dalam beberapa tahun terakhir untuk memerangi berbagai ancaman.
Termasuk Daesh (ISIS) dan Al-Qaeda di Irak dan Suriah, hingga pasukan Israel di Lebanon.
Pada latihan rudal balistik awal bulan ini, seorang komandan senior Pengawal Revolusi dengan percaya diri mengatakan bahwa saat Iran memiliki kendali penuh atas Teluk Persia dan bersiap untuk mempertahankan semua wilayah pesisirnya.
Latihan tersebut berfokus pada tembakan rudal dari kapal, pengoperasian kapal selam baru, dan penggunaan berbagai drone tempur dan pengintai.
(kontan.co.id)