Tak Lama Lagi WHO Akan Berikan Rekomendasi Vaksin Covid-19, Tetapi Mengapa Sinovac Tidak Disebutkan?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi vaksin virus corona.
Ilustrasi vaksin virus corona.

Intisari-online.com - Saat ini salah satu solusi untuk menghentikan penyebaran Covid-19 adalah dengan vaksin.

Namun, hingga kini WHO belum segera memberikan rekomendasi vaksin apa yang paling baik untuk digunakan.

Meski demikian menurut sebuah sumber yang dikutip dari Tribunnews, ada beberapa vaksin yang akan diberi izin oleh WHO.

Laporan itu mengatakanBadan Kesehatan Dunia (WHO) berencana untuk memberikan izin penggunaan beberapa vaksin COVID-19 dari sejumlah produsen di negara Barat dan juga Cina dalam beberapa pekan hingga beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Ternyata Bukan Hanya Karena Meragukan Kemanjurannya, Negara Barat Enggan Gunakan Sinovac Karena Tercatat Pernah Punya Skandal Ini

Ini bertujuan agar negara-negara miskin segera mendapatkan vaksin virus corona.

COVAX, skema penyediaan vaksin COVID-19 global yang dipimpin oleh WHO, ingin menyediakan sedikitnya 2 miliar dosis vaksin corona di seluruh dunia tahun ini.

Di mana 1,3 miliar dosis ditujukan untuk negara-negara miskin.

Namun, hal ini menemui kendala seperti kurangnya dana yang mencukupi, karena negara-negara kaya telah memesan vaksin dalam jumlah besar untuk mereka sendiri.

Dalam perlombaan penyediaan vaksin, persetujuan dari regulator adalah kunci mengonfirmasikan efektivitas dan keamanan vaksin, dan untuk meningkatkan produksi.

Baca Juga: Tolak Beri Vaksin kepada Warga Palestina Meski Diminta WHO, Israel Abaikan Kewajibannya Sebagai Penjajah

Tetapi beberapa negara miskin sangat bergantung pada persetujuan WHO karena memiliki kapasitas regulator yang terbatas.

Sejauh ini WHO baru memberikan izin penggunaan kepada vaksin buatan BioNtech-Pfizer pada akhir Desember tahun lalu.

Oleh karena itu, WHO "mempercepat" persetujuan penggunan darurat, menurut dokumen internal COVAX yang dilihat oleh kantor berita Reuters.

Vaksin mana saja yang akan disetujui?

Vaksin COVID-19 dikembangkan oleh AstraZeneca dan diproduksi oleh Serum Institute of India (SII) akan disetujui pada bulan Januari ini atau Februari, kata dokumen itu.

Sebelumnya, kepada Reuters, Kepala Eksekutif SII Adar Poonawalla mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya mengharapkan persetujuan WHO "dalam satu atau dua minggu ke depan."

Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bersama Universitas Oxford ini telah diberikan izin penggunaan darurat di Inggris, sementara pemberian izin untuk di Uni Eropa dan Amerika Serikat dikabarkan sudah semakin dekat.

Baca Juga: Begini Respon Netizen Malaysia Saat Tau Rakyat Indonesia dan Singapura Sudah Diberi Vaksin Covid-19, Malah Iri dan Salahkan Pemerintahnya

COVAX sendiri memiliki kontrak dengan AstraZeneca dan SII untuk sekitar 400 juta dosis dengan opsi tambahan ratusan juta dosis, meskipun belum jelas kapan waktu pendistribusiannya.

Dokumen tersebut juga menyebutkan vaksin corona produksi Moderna yang didasarkan pada teknologi mRNA akan disetujui akhir Februari.

Vaksin yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson (J&J) - yang memiliki perjanjian tidak mengikat dengan COVAX - juga direncankanan mendapat persetujuan WHO paling cepat pada Mei atau Juni.

Selain itu, vaksin yang diproduksi di Korea Selatan oleh SK Bioscience dapat disetujui oleh WHO paling awal di pertengahan bulan Februari, dan vaksin corona asal dua produsen Cina, Sinovac dan Sinopharm, akan disetujui paling cepat pada Maret.

Oxford kembangkan vaksin untuk varian baru virus corona

Para ilmuwan di Universitas Oxford sedang bersiap untuk segera memproduksi versi baru dari vaksin mereka untuk memerangi kemunculan varian baru virus corona lebih menular yang ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.

Baca Juga: Meski Divaksin Bukan Berarti Aman dari Virus Corona, Terungkap Hanya Segini Kekebalan yang Diberikan Vaksin Sinovac

Dilansir The Telegrapgh, Rabu (20/01), tim dari Universitas Oxford dan AstraZeneca sedang melakukan studi kelayakan untuk mengkonfigurasi ulang platform vaksin mereka yang bernama ChAdOx.

Juru bicara Universitas Oxford mengatakan bahwa tim tengah menilai dengan cermat dampak varian baru pada vaksin dan mengevaluasi proses yang dibutuhkan untuk pengembangan vaksin COVID-19 yang disesuaikan.

Sementara itu,mengapa Sinovac belum disebut akan mendapat izin dan rekomendasi dari WHO?

Menurut Al Jazeera, disebut sebagai vaksin paling lemah jika dibandingkan dengan vaksin lainnya.

Kabar itu disebutkan oleh Al Jazeera pada November tahun lalu, yang dimuat dalam tabel berdasarkan hasil uji klinis dari berbagai vaksin.

Tabel vaksin Covid-19 menurut Al Jazeera.
Tabel vaksin Covid-19 menurut Al Jazeera.

Membandingkan 10 vaksin, di anataranya Sinovac adalah vaksin paling bawah dalam menimbulkan respon imun.

Sementara vaksin dengan respon imun tertinggi adalah Pfizer dengan angka mencapai 95 persen, sementara Sinovac tidak disebutkan dengan angka dan hanya disebutkan low.

Source: Tribunnews.

Artikel Terkait