Siap-siap, Malam Ini Akan Ada Hujan Meteor Geminid yang Lewat di Indonesia, Begini Cara Menyaksikannya!

Mentari DP

Editor

Hujan meteor geminids tahun 2018.
Hujan meteor geminids tahun 2018.

Intisari-Online.com - Pada malam ini, kita akan menyaksikan salah satu keajaiban alam.

Keajaiban alam yang dimaksud adalahfenomena astronomi Hujan Meteor Geminid.

Dan warga Indonesia boleh sedikit berbangga hati.

Sebab,

Baca Juga: Tidak Resmi dan Seolah Dirahasiakan, Apa yang Sebenarnya Terjadi dalam Pertemuan Trump dan Luhut? Benarkah Seputar Proyek Puluhan Triliun Rupiah?

Pada pukul berapa dan bagaimana caranya apabila ingin menyaksikannya?

Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sungging mengatakan, hujan meteor dapat diamati selama langit tidak berawan dan bebas dari polusi cahaya.

"Iya (bisa diamati dengan mata telanjang), selama tidak berawan dan kondisinya minim polusi cahaya," kata Sungging saat dihubungi Kompas.com, Minggu (13/12/2020).

Menurut dia, seluruh wilayah Indonesia akan dapat menlihat fenomena alam ini.

"(Teramati) dari semua tempat di Indonesia," paparnya.

Baca Juga: Demi Hancurkan Kapal Amerika dalam Sekejab Mata, Militer China Kerahkan Segala Cara, Termasuk Gunakan 2 Senjata Pemusnah Ini,Lihat Betapa Besar Kekuatannya

Waktu terjadinya hujan meteor

Sungging menjelaskan, Hujan Meteor Geminid merupakan hujan meteor yang titik radian atau titik asal munculnya meteor berada di konstelasi Gemini.

Hujan meteor ini, lanjut Sungging, dapat disaksikan sejak pukul 20.00 WIB pada 13 Desember hingga pukul 05.00 WIB pada 14 Desember 2020.

"Dengan intensitas berkisar 86-107 meteor per jam untuk wilayah Indonesia," ujar dia.

Adapun ketinggian titik radian saat kulminasi bervariasi mulai 45 derajat di Pulau Rote hingga 62 derajat di Pulau Weh.

Diberitakan sebelumnya, meteor-meteor Geminid memasuki atmosfer Bumi pada kecepatan 35 kilometer per detik.

Asteroid 3200 Phaethon

Dikutip dari Kompas.com (11/12/2020), astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo mengatakan, meteor ini sesungguhnya berasal dari remah-remah komet tak dikenal yang terpecah-pecah di masa silam.

Salah satu pecahannya membentuk asteroid 3200 Phaethon yaitu asteroid dekat Bumi kelas Apollo dengan periode revolusi 1,4 tahun.

Marufin berkata, hujan meteor Geminid ini terbilang menarik karena dikenal sebagai hujan meteor yang memiliki intensitas besar yaitu sekitar lebih dari 100 meteor per jam.

Baca Juga: Tak Cukup Punya Senjata Mematikan yang Bisa Ratakan Satu Negara, Rupanya Rusia Kembali Siapkan Senjata yang Sanggup Hanguskan Setengah Isi Dunia, Intip Betapa Sangarnya Senjata Itu

"Hujan meteor Geminid kali ini akan memiliki intensitas sekitar 150 meteor per jam dan dalam kondisi ideal untuk diamati, karena bertepatan dengan Bulan baru (sehingga langit gelap)," kata dia.

Bulan sabit tua

Sungging menambahkan, terdapat fenomena astronomi pada 14 Desember 2020, yaitu ketampakan terakhir bulan sabit tua.

Bulan sabit tua dapat disaksikan terakhir kali dengan mata telanjang pada 14 Desember 2020 sejak pukul 4.50 WIB sampai terbitnya Matahari pukul 05.30 WIB.

Toposentris berjakan 361,743 km dengan iluminasi 0,79 persen, bermagnitudo visual -4,99 dan lebar sudut 0,13 menit busur.

Sungging menuturkan, bulan sabit tua kali ini berumur 28 hari 17,37 jam, dengan elongasi 9,23 derajat dan terbit dari arah Timur-Tenggara di konstelasi Ophiuchus.

(Mela Arnani)(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Malam Ini Ada Hujan Meteor Geminid, Cek Jadwal dan Cara Menyaksikannya")

Baca Juga: PantasSaja Xi JinpingSombong Bukan Main, Ternyata China Tidak Akan Pernah Kekurangan Duit Karena Hal Ini, Begini Rayuan Maut Negeri Panda Untuk Menjerat 'Korbannya'

Artikel Terkait