Intisari-Online.com - Bagian terlarang Istana Raja Herodes, Herodium di Israel rencananya akan dibuka untuk umum.
Bagian dalam istana atau benteng ini sebelumnya terlarang.
Raja Herodes adalah pemimpin tirani era Romawi di Israel pada masa Silam.
Sedangkan kompleks akan dibuk tersebut dirancang sebagai tempat persemayaman terakhirnya yang megah.
Otoritas Israel bersiap untuk menyingkap struktur yang sebelumnya terlarang di dalam benteng-istana
Melansir AFP pada Kamis (10/12/20), Herodium adalah tujuan wisata yang sangat populer.
Letaknya di dekat Betlehem di wilayah pendudukan Tepi Barat di mana Israel menjalankan kontrol militer dan sipil penuh.
Arkeolog mengatakan bahwa Herodes menjelang akhir hidupnya memutuskan untuk mengubur istananya menggunakan tanah.
Tertutup dari bawah bukit tempat istana itu bertengger, sampai semua struktur bangunan tidak lagi terlihat.
Otoritas Taman dan Alam Israel berencana untuk membuka situs yang direnovasi pada Minggu (13/12/2020).
Dengan ini pengunjung akan dapat melihat tangga melengkung, serambi, dan teater pribadi Herodium untuk pertama kalinya.
Kompleks di gurun Yudea itu dibangun oleh Raja Romawi yang tidak hanya dikenal kebrutalannya, tapi juga kemampuannya membangun struktur megah yang dibangun selama pemerintahannya di Yudea dari 37 hingga 4 Sebelum Masehi (SM).
Baca Juga: Mencari Jamu Penggemuk Badan yang Aman dan Menyehatkan? Cek yang Ini!
Istana yang berada di puncak bukit itu menjadi favorit Herodes karena memiliki pintu masuk utama yang menghadap Yerusalem.
“Itu (istana) adalah satu-satunya yang dinamai sesuai namanya dan di mana dia memilih untuk dimakamkan,” kata Roi Porat, arkeolog Universitas Ibrani yang bertanggung jawab atas penggalian makam tersebut.
Namun, kompleks pemakaman saja tidak akan memuaskan Herodes.
Ia ingin tempat peristirahatan terakhirnya menutupi istananya.
"Itu sebabnya dia menutupi gunung, termasuk istana, untuk menekankan hasratnya," kata Eran Kruzel dari Otoritas Taman dan Alam Israel.
Mengubur istana selama masa hidupnya memberi Herodes kepuasan karena mengetahui kuburannya akan menonjol.
Keputusan itu ternyata juga membantu melestarikan dan melindungi situs itu selama 2.000 tahun.
"Ini adalah laboratorium arkeologi yang tak tertandingi," kata Porat, Ia membandingkannya dengan pelestarian Pompeii kota peninggalan Romawi Kuno di Italia yang hancur karena lava dari letusan dahsyat gunung Vesuvius pada 79 Masehi.
Di dalam kompleks makam tersebut sebuah tangga lebar mengarahkan makan ke serambi utama istana.
Ada tiga baris penyangga bangunan melengkung di atas serambi, sejak Herodes memutuskan untuk menguburkan istananya.
Tetapi bagian itu masih membutuhkan akses saat Herodes masih hidup.
Serambi itu sendiri berisi lukisan dinding bergaris dalam warna asli kemerahan, hijau dan hitam, menciptakan pola yang meniru panel marmer, sejalan dengan gaya kerajaan Yudea.
Di bagian bawah tangga di sisi lain kuburan ada teater dengan sekitar 300 kursi, dan bilik pribadi dan ruang kunjungan kerajaan di depannya.
Herodes menjamu Marcus Agripa, orang kedua di bawah komando Kaisar Augustus, di ruangan itu pada 15 SM, menurut Porat.
"Ini adalah kunjungan yang sangat penting bagi Herodes," kata Porat.
Penguasa Yudea dikatakan sudah mendekorasi ulang ruang kunjungan itu dengan menyertakan serangkaian gambar yang meniru jendela yang terbuka dan menggambarkan penaklukan Agripa atas Mesir menggunakan relief semen yang tebal dan mewah. "Sebelumnya, Herodes mengikuti tradisi Yahudi yang menghindari gambar binatang dan manusia, tapi di sini (ruang kunjungan), segalanya mungkin," kata Porat.
"Ini benar-benar kapsul Romawi di Yudea."
Penggalian dan pelestarian bagian terbaru istana dimulai sekitar 13 tahun yang lalu setelah ditemukannya makam Herodes.
Bagi Porat, situs tersebut mengilustrasikan pola pikir Herodes, "ketika yang dia pedulikan hanyalah bagaimana mempertahankan ingatannya sampai keabadian."
"Namanya disimpan di sini," kata Porat.
"Baik atau buruk, pemandangan di wilayah selatan Yerusalem saat ini telah berubah."