Sementara dalam hal anggaran belanja pertahanan hanya selisih tipis, yaitu
Israel $ 20 miliar, sedangkan Iran $ 19,6 miliar.
Dengan anggaran pertahanan yang lebih unggul dari Iran, Israel seolah menunjukkan ambisinya untuk meningkatkan kualitas peralatan tempurnya.
Ia menganggarkan lebih banyak uang untuk militernya yang lebih kecil dibanding Iran.
Tapi bagaimana pun, di atas kertas kekuatan militer Iran berada di atas Israel,
lalu mengapa negara tersebut tampak ragu-ragu menyerang musuhnya meski telah mendapat provokasi besar-besaran?
Melansir middleeasteye.net (7/12/2020), dalam artikel yang ditulis Yossi
Melman di Tel Aviv, menggambarkan beberapa skenario yang mungkin dilakukan Iran untuk menyerang Israel, sekaligus yang mungkin menjadi alasannya menahan serangan.
Disebut bahwa semua hal dipertimbangkan, bahwa sangat tidak mungkin
Iran akan membalas sama sekali terhadap target AS, dan tentu saja tidak
sebelum Biden memasuki Gedung Putih pada 20 Januari.
Pasalnya, bagaimanapun, pemerintahan baru AS akan membutuhkan beberapa bulan lagi untuk merumuskan kebijakannya dan memasuki kembali kesepakatan nuklir, jika memang demikian.
Meski Iran akhirnya bisa kecewa. Bertentangan dengan bagaimana Netanyahu dan Partai Republik AS menggambarkan Biden, sebagai orang yang lemah dan lembut di Iran, dia tidak berada di saku Iran.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR