Seperti yang lainnya, Alg'ol mencatat bahwa Israel telah meningkatkan kebijakan 'Yudaisasi' di Yerusalem sejak AS merelokasi kedutaannya.
"Israel bekerja lebih cepat, lebih percaya diri, dan lebih intensif karena yakin Trump telah memberikan restunya," katanya.
Kekhawatiran demografis mendominasi pemikiran Israel sejak menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967, dan menempatkannya di bawah kendali pejabat Yahudi di Yerusalem Barat.
Batas kota diperluas ke arah timur untuk menempelkan tanah Palestina tambahan ke Yerusalem.
"Kemudian mengisi ruang kosong dengan lingkaran pemukiman Yahudi yang besar," kata Aviv Tatarsky, seorang peneliti di Ir Amim, sebuah organisasi yang mengkampanyekan persamaan hak di Yerusalem.
Tujuannya, tambahnya, adalah untuk menopang tiga perempat permanen mayoritas Yahudi.
Lalu untuk memastikan orang-orang Palestina tidak dapat mengajukan klaim atas kota itu.
Dan untuk menghilangkan ketakutan Israel bahwa suatu hari Palestina akan menguasai kota melalui pemilihan.
Israel tetap menghadapi mayoritas Yahudi yang menyusut. Apalagi tingkat kelahiran Palestina yang lebih tinggi.
Saat ini, warga Palestina terdiri dari sekitar 40 persen dari total populasi Yerusalem yang diperbesar secara artifisial ini.
Oleh karena itu Israel secara agresif mengejar pendekatan bercabang dua, menurut analis.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR