Advertorial
Intisari-online.com - Seperti kita tahu kabar lengsernya Donald Trump bak angin segar bagi sejumlah negara.
Termasuk Iran, negara ini seolah merasakan dampak luar biasa dari lengsernya Donald Trump.
Selama kepemimpinannya, Iran dijatuhi sanksi ekonomi yang berdampak pada sistem nilai mata uangnya yang sangat terpukul.
Belum lagi sanksi nuklir dan embargo senjata membuat negara ini dilemahkan dalam urusan militer, karena dianggap ancaman di kawasan Timur Tengah.
Dengan demikian, pergantian pemimpin AS, membuat Iran kegirangan, karena kemungkinan kebijakan baru akan dibuat AS.
Negara tersebut berharap kebijakan baru pemimpin AS akan membuat negaranya lebih baik dari sebelumnya.
Namun, baru sebentar kegembiraan itu terasa, Iran sudah kembali dibuat marah-marah atas terbunuhnya ahli nuklir Iran.
Menurut 24h.com.vn, pada Sabtu (28/11/20), Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi, sampai mendesak Amerika dan Israel melalui PBB.
Majid Takht, pada Jumat (27/11), mengirim surat kasar kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Isinya merujuk pada kasus bahwa ahli nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh oleh teroris.
"Kami memperingatkan sebelumnya setiap pengambilan risiko oleh AS dan Israel ke negara kami, terutama selama sisa waktu pemerintahan AS saat ini," tegas Duta Besar Ravanchi.
"Iran berhak untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi rakyat dan kepentingannya," katanya.
"Iran dengan keras mengutuk pembunuhan martir Fakhrizadeh, dan berharap Sekretaris Jenderal juga mengutuk keras serangan teroris yang tidak manusiawi ini," imbuhnya.
Menyebut pembunuhan itu sebagai "upaya putus asa untuk mendatangkan malapetaka di negara kami".
Duta Besar Ravanchi juga mengatakan ada tanda-tanda keterlibatan Israel dalam serangan itu, tetapi tidak mengungkapkan rinciannya.
Penyerang Fakhrizadeh belum ditangkap.
Kelompok itu dengan cepat melarikan diri setelah melukai Fakhrizadeh dalam penyergapan terhadap mobil ahli di dekat ibu kota Teheran.
Kemudian, Fakhrizadeh dibawa ke rumah sakit untuk perawatan tetapi kemudian meninggal karena luka-lukanya.
Pengawal Revolusi Iran belum secara khusus mengomentari serangan itu, tetapi mengumumkan pada hari Jumat bahwa mereka akan membalas kematian ahli nuklir itu.
Fakhrizadeh adalah profesor fisika di Universitas Imam Hussein, kepala Organisasi Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan Iran.
Dia diyakini sebagai kepala program senjata nuklir Iran.
Pembunuhan Fakhrizadeh terjadi di tengah sejumlah sumber yang menyatakan bahwa AS akan menyerang fasilitas Iran atau Iran di luar negeri dalam dua bulan ke depan.
AS dan Israel belum berbicara tentang insiden tersebut.