Diwartakan The Times, tudingan itu termasuk "pembunuhan pertama" yang dilakukan oleh anggota junior berdasarkan perintah dari pimpinannya.
Dilaporkan Daily Mirror pada Jumat (20/11/2020), perintah itu diberikan si oknum pimpinan agar setiap anggota baru merasa "berdarah".
Laporan itu juga menyebutkan senjata maupun alat komunikasi asing ditaruh di sebelah mayat korban.
Sehingga mereka nampak seperti prajurit guna mengelabui komandannya.
Jenderal Campbell menduga, jumlah warga Afghanistan yang dibunuh secara semena-mena oleh pasukan elite "Negeri Kanguru" ini lebih dari 39 orang.
"Meski enggan, saya harus menerima bahwa ini sudah terjadi kemungkinan ini (pembunuhan ekstrayudisial)," kata Jenderal Campbell.
Dia memberanikan orang-orang yang menjadi korban atau mungkin mempunyai informasi mengenai kejahatan perang itu untuk segera melapor.
Kepada ABC, Jenderal Campbell mengatakan dia sudah mengantisipasi bakal mendapatkan laporan yang tak enak mengenai tingkah laku anak buahnya.
Namun, dia tidak menyangka bahwa laporan yang dia terima bakal sangat menyesakkan.
"Dan laporan ini sangat, sangat mengerikan," kata dia.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR