Advertorial
Intisari-online.com -Arsiparis Klaten yang mengawal Program Titip Bandaku, hampir dua bulan lamanya menyisir arsip warga rawan bencana yang berada di Dukuh Gondang, Balerante, Kemalang, Klaten.
Sampai akhir Oktober 2020, hampir ratusan arsip vital warga seperti sertifikat, akte nikah, BPKB, kartu keluarga, KTP, akte kelahiran, hingga ijazah, berhasil dialih-mediakan menjadi arsip digital.
Terutama bagi warga di kawasan rawan bencana yang berjarak 5 km dari puncak Merapi, seluruh dokumen wajib dilaporkan guna mencegah kehilangan.
Sebelum petugas datang di lokasi, warga sudah berkerumun menunggu. Lokasi alih media pun diselenggarakan di rumah warga Jainu Rekso Giri, warga sekaligus Kepala Urusan Perencanaan Desa Balerante, Kemalang.
Baca Juga: Pijat Kaki dengan Minyak Wijen, Segudang Manfaat Ini Anda Dapatkan
Kehadiran arsiparis pun disambut antusias oleh warga yang membawa berkas berharga di map plastik.
Kepala Bidang Kearsipan Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten Rinto Patmanto, menyebut, arsiparis Klaten secara berkala melakukan jemput bola melalui program Titip Bandaku untuk menyelamatkan arsip warga Merapi.
“Sudah ada 200 keluarga yang mengikuti program ini. Kami tutunkan tujuh petugas ke Balerante, yang pasti dengan mengikuti program ini arsip warga sudah ada arsip digitalnya. Warga cukup membawa surat pengantar kepala desa untuk memperoleh arsip digital miliknya yang sudah autentikasi," ujar Rinto.
Rinto menyebut, kegiatan ini menjadi salah satu langkah antisipasi dari pemerintah, menginat status Gunung Merapi yang berada di status siaga.
"Apalagi saat ini Merapi dalam status siaga. Minimal pemerintah sudah antisipasi. Mitigasi itu tidak saja korban jiwa, ternak atau harta benda, tapi dokumen penting warga Merapi juga perlu diselamatkan,” terang Rinto saat dikonfirmasi Tim Pemberitaan Dinas Kominfo Klaten (11/11/2020).
Kehadiran program ini pun turut disambut baik olehSusanti (27), warga Ngipik Sari, Balerante. Ia menyebut, kehadiran erupsi di tahun 2010 membuat beberapa dokumen milik sang mertuanyaris musnah akibat awan panas.
“Waktu erupsi warga panik yang penting nyawa selamat. Tidak terpikir harus mengemas dokumen penting. Sertifikat milik mertua termasuk dokumen yang rusak. Untung ditaruh di bawah tikar, tapi kondisinya sudah pripil-pripil (nyaris kertasnya terpisah). Maka kami warga merasa sangat terbantu dengan program Titip Bandaku,” ujarSanti.
Susanti mengaku, ia masih trauma dengan erupsi Merapi 2010 lalu. Untuk mencegah hal serupa, arsip penting milik keluarga pun dibawanya untuk dialih-mediakan melalui Program Titip Bandaku. Santu menyebut,terdapat10 berkas asli seperti sertifikat, ijazah, BPKB, serta surat nikah yang dibawanya untuk diselamatkan.
Tanggapan positif juga ditunjukan Jainu Rekso Giri. Tidak saja menyediakan gazebo rumahnya untuk pelayanan, tokoh masyarakat sekaligus Kaur Perencanaan Desa Balerante itu ikut mengumpulkan warga agar menyiapkan arsipuntuk dialih-mediakan.
“Warga Balerante itu masyarakat petani dan peternak. Maka kalau siang yang ada di rumah adalah kaum ibu. Karena jaraknya hanya 5 km dari puncak Merapi, ancaman erupsi itu pernah merusak rumah dan ternak warga," ujar Jainu.
Melalui kehadiran Titip Bandaku, Jainu menyebut, masyarakat menjadi lebih tenang dan tidak lagi khawatir akan kehilangan dokumen berharga.
"Dulu saat erupsi 2010 ada 98 rumah warga yang rusak dan 300 sapi warga yang mati. Belum lagi dokumennya. Dengan Program Titip Bandaku ini, minimal warga di daerah rawan bencana bisa tenang, karena dokumen berharga miliknya dilindungi negara” tutup Jaenu.