Advertorial

Bernasib Sama Jadi Korban Penyerobotan Tanah Oleh China, Dua Negara Asia Ini Mendadak Bersatu Umumkan Hubungan Untuk Sama-Sama Melawan China Padahal Awalnya Bermusuhan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Tindakan China tersebut sontak membuat banyak negara membentuk aliansi untuk membendung ambisi China.
Tindakan China tersebut sontak membuat banyak negara membentuk aliansi untuk membendung ambisi China.

Intisari-online.com - Seperti yang kita tahu China dikenal sebagai negara yang gemar main serobot wilayah orang.

Sampai-sampai banyak negara yang kesal dengan ulah China tersebut.

Misalnya saja di Laut China Selatan, tanpa dasar hukum resmi China membuat klaim sembilan garis putus-putus berdasarkan sejarah dinasti Ming.

Laut China Selatan diklaim sebagai wilayah China berdasarkan peninggalan sejarah tersebut.

Baca Juga: Peduli Setan Walau Joe Biden Menang Pemilu Amerika, Israel Masih Ngotot Akan Lancarkan Rencana Donald Trump Ini ke Palestina, Apapun yang Terjadi

Selain kasus di Laut China Selatan, China juga terlibat dengan sengketa wilayah dengan Jepang, seperti perebutan pulau Senkaku/Diaoyu.

Selain itu China juga terlibat sengketa wilayah dengan India sejak beberapa bulan lalu.

Bahkan sengketa itu tak kunjung mereka, malahan keduanya terus memperkuat pasukan militernya di perbatasan.

Tindakan China tersebut sontak membuat banyak negara membentuk aliansi untuk membendung ambisi China, termasuk dua negara korban China ini yang mendadak umumkan kerja sama.

Baca Juga: Kabar Baik, Tak Ada Lagi Zona Merah di DKI Jakarta, Begini Tanggapan Anies Baswedan, 'Kami Tak Berpatok Warna'

Menukil dari 24h.com.vn, setelah berbulan-bulan mengalami sengketa teritorial yang sengit dengan China, kedua negara Asia Selatan ini mulai bersatu.

Dua negara tersebut, adalah Nepal dengan India yang keduanya sama-sama jadi korban serobot wilayah oleh China.

Perdana Menteri KP Sharma Oli dari Nepal pada 6 November mengadakan pertemuan dengan Komandan Angkatan Darat India MM Naravane.

Ini adalah pertemuan tingkat tinggi pertama antara India dan Nepal dalam beberapa bulan, sejak hubungan bilateral menjadi tegang akibat sengketa wilayah.

Tahun lalu, India menyatakan kemarahannya ketika Nepal merilis peta yang mengklaim menguasai beberapa wilayah perbatasan antara kedua negara.

Mei lalu, Nepal juga memprotes keras saat Menteri Pertahanan India Rajnath Singh meresmikan jalan baru di kawasan perbatasan.

Perdana Menteri Oli kemudian melangkah lebih jauh dengan menyebut Covid-19 sebagai "virus India" dan menyalahkan New Delhi atas peningkatan jumlah infeksi di Nepal.

Namun, pertemuan tingkat tinggi pada 6 November menandai "pencairan" dalam hubungan bilateral.

Baca Juga: Pernah Ada Kista di Pergelangan Kakinya hingga Kesusahan Berjalan, Intelijen Korea Selatan Ungkap Kim Jong-Un Alami Masalah Obesitas, Per Tahun Naik 7 Kilogram

Nepal dan India dengan suara bulat mencatat prinsip-prinsip rekonsiliasi di perbatasan.

Perdana Menteri Oli bahkan memuji hubungan India-Nepal sebagai hubungan "tradisional dan istimewa.

"Perdana Menteri menyatakan keyakinan kuat dalam persahabatan yang baik antara Nepal dan India," kata juru bicara Oli.

K. Yhome pakar senior dari Observer Research Foundation (ORF) mengatakan bahwa India dan Nepal menyadari bahwa kedua negara tidak dapat terus berkonfrontasi sementara pengaruh China semakin meningkat. di daerah.

"Ketegangan yang berlanjut tidak akan mencapai mana-mana dari India dan Nepal. Tidak ada pilihan yang lebih baik untuk seluruh negeri saat ini selain duduk dan berbicara," kata Yhome.

Menurut Tuan Yhome, fakta bahwa Tuan Naravane dinobatkan sebagai "Jenderal Kehormatan" oleh Presiden Bidya Devi Bhandari dari Nepal menunjukkan bahwa Nepal secara khusus ingin meningkatkan hubungan dengan India.

"Setelah tuduhan Oli pada Mei, India enggan bersikap keras terhadap Nepal. Sekarang perselisihan telah diselesaikan," kata seorang diplomat yang tidak disebutkan namanya dari Delhi.

Pemerintah Oli juga menghentikan pencetakan buku teks yang berisi peta perbatasan dengan India yang kontroversial.

Perdana Menteri Oli kemudian juga memecat menteri pertahanan dan wakil perdana menteri Nepal Ishwor Pokharel setelah dia menyatakan sikap pro-China.

Baca Juga: Konon Memberi Perlindungan Pada Geng Kriminal Jika Diberi Sesajen Bagian Tubuh Manusia Ini, Inilah Santa Muerte 'Tuhan' yang Disembah Dalam Kepercayaan Geng Narkoba Meskiko

"Kedua negara tidak hanya menunjukkan persahabatan, tetapi juga memiliki rencana bersama untuk berbagi. Perhatian utama Nepal dan India saat ini adalah pengaruh China yang semakin meningkat di kawasan Asia Selatan," komentar mantan jenderal angkatan darat Nepal Binoj Basnyat..

"Hubungan Indo-China berada di level terendah dalam beberapa dekade," katanya.

Menurut Basnyat, pengaruh China di Nepal sedang berkembang dan Oli tidak menyukainya.

Duta Besar China untuk Nepal Hou Yanqi baru-baru ini berulang kali bertemu dengan pejabat pembangkang, mengkritik Perdana Menteri Oli dan partainya.

"India dulu dianggap sebagai pusat keamanan Asia Selatan dan sekarang China ingin 'melanggar', bahkan secara diplomatik dan politik," kata Basnyat.

Beberapa anggota parlemen di Nepal menuduh China mengambil tanah di perbatasan Nepal, tetapi Beijing membantah informasi tersebut

Sama halnya dengan Nepal, India juga memiliki sengketa wilayah dengan China, di mana wilayah Ladakh disengketakan sebagai bagain dari wilayah China.

"Baik India dan Nepal telah mengakui ancaman dari China. Itu sebabnya kita perlu menepis perbedaan dan perbedaan pendapat," tambah Basnyat.

Artikel Terkait