Advertorial

Dibocorkan Mantan Anggota CIA dan Dokumen Rahasia, Terungkap Cara 2 Negara Besar Ini 'Memperkosa' Timor Leste Menggunakan Tangan Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

 Pendudukan Timor Leste, oleh Indonesia mungkin pernah dianggap sebagai keajahatan terbesar abad ke-20.
Pendudukan Timor Leste, oleh Indonesia mungkin pernah dianggap sebagai keajahatan terbesar abad ke-20.

Intisari-online.com - Pendudukan Timor Leste, oleh Indonesia mungkin pernah dianggap sebagai keajahatan terbesar abad ke-20.

Namun di balik itu semua banyak fakta-fakta yang ditutup-tutupi, termasuk keterlibatan negara-negara besar di dunia.

Melansir Independent Australia, dokumen rahasia yang ditemukan di di Arsip Nasional Australia membocorkan bagaimana kejahatan abad ke-20 itu dieksekusi.

Dokumen yang sebelumnya disegel itu, telah mengungkapkan keterlibatan dan peran Australia dalam pembantaian Timor Leste, seperti diungkapkan John Pilger.

Baca Juga: Syukuran Kehamilan Berubah Jadi Rusuh, Pria Ini Bongkar Rahasia Busuk Istrinya di Depan Para Tamu, 'Ini Bukan Anak Saya'

Dokumen itu merujuk ke Timor Leste, ditulis oleh diplomat di Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Tanggalnya adalah November 1976, kurang lebih setahun setelah Indonesia merebut koloni Portugis tersebut.

Selain dokumen rahasia tersebut, CIA juga melaporkan beberapa hal sebagai berikut.

"Dalam hal jumlah yang terbunuh, pembantaian tersebut adalah salah satu pembunuan massal terburuk di abad ke-20," katanya.

Baca Juga: Mendadak Terkenal dan Dagangannya Laris karena Diulas Blogger, Pemilik Kedai Makanan Ini Malah Marah dan Lapor Polisi

Hal itu disambut oleh pers Barat sebagi 'secercah harapan di Asia' ungkap Koresponden BBC di Asia Tenggara, Rolland Challis.

Kemudian menggambarkan dan menutup-nutupi pembantaian itu sebagai kemenangan, keterlibatan dan keheningan media.

Garis resminya adalah bahwa Soeharto, dianggap menyelamatkan Indonesia dari pengaruh Komunis, yang berada di Timor Leste.

Tahun 1994, penulis John Pilger membuat film secara sembunyi-sembunyi di Timor Leste, dia menemukan kesedihan yang tak terlupakan.

"Dalam film saya Death of Nation, ada adegan pengambilan gambar di atas pesawat Australia yang terbang di atas laut Timor," katanya.

Dia menggambarkan ada dua orang berjas dalam pesawat itu sedang bersulang dengan sampanye sembari mengatakan.

"Ini adalah momen bersejarah yang unik, " celoteh salah satunya. "Ini benar-benar unik dan bersejarah," tambahnya.

Kedua orang tersebut adalah menteri luar negeri Australia Gareth Evans dan juru bicara Indonesia Ali Alatas.

Baca Juga: Meluas Keluar Dari Perancis, Serangan Teroris Terjadi di Tempat Ibadah di Ibukota Austria, Empat Nyawa Melayang, Keterlibatan Kelompok Teroris Kejam Ini Mencuat Kuat Dalam Serangan-serangan Ini

Tahun 1989 mereka melakukan penerbangan simbolis untuk merayakan kesepakatan gelap, yang disebut perjanjian.

Hal ini memungkinkan Indonesia di bawah Soeharto membagi minyak internasional dan rambasan sumber daya minyak dari Timor Leste.

Konspirasi untuk mencuri minyak dan gas Timor Leste dalam kabel diplomatik yang bocor tahun 1975, Duta Besar Australia untuk Jakarta, Richard Woolcott juga menulis pada Australia.

"Tampaknya bagi saya Departemen mineral dan energi, mungkin berkepentingan menutupi celah saat ini di perbatasan laut yang telah disepakati, dan lebih jauh bisa dinegosiasikan ke Indonesia."

Woolcott mengungkapkan, bahwa dia telah diberi pengarahan tentang rencana rahasia Indonesia untuk melakukan invasi.

Dia mengirim telegram ke Australia, bahwa pemerintah Australia harus membantu melawan kritik terhadap Indonesia.

Tak hanya itu saja, bukti tentang kejahatan Australia menggunakan tangan Indoesia, John Pilger juga mantan anggota CIA tentang keterlibatan Amerika.

Tahun 1993, John Pilger mewawancarai C. Philip Liechty, mantan perwira CIA di kedutaan Jakarta, selama invasi Timor Timor.

Dia mengatakan, Indonesia diberi lampu hijau oleh Amerika untuk melakukan apapun di Timor Leste.

Baca Juga: Hutan Lestari Tinggal Mimpi, UU Cipta Kerja Coret Kewajiban Pemerintah Menjaga 30 Persen Hutan

"Kami menyediakan apa yang mereka butuhkan, senapan M16, hingga dukungan logistik militer AS mungkin 200.000 orang hampir semua non-kombata tewas," katanya.

Ketika kekejaman terjadi, CIA juga mencoba menutupi selama mungkin, dan ketika mereka tahu semua itu tak bisa ditutupi mereka melaporkannya dengan cara mudah dan umum, mengatakan sumber mereka telah disabotase.

TimorLeste merdeka pada tahun 1999 dengan darah dan keberanian rakyat jelata.

Demokrasi yang kecil dan rapuh segera menjadi sasaran kampanye intimidasi tanpa henti oleh Pemerintah Australia yang berusaha untuk mengeluarkannya dari kepemilikan hukum atas pendapatan minyak dan gas dasar laut.

Untuk mewujudkannya, Australia menolak untuk mengakui yurisdiksi Mahkamah Internasional dan Hukum Laut dan secara sepihak mengubah batas laut untuk kepentingannya sendiri.

Pada tahun 2006, kesepakatan akhirnya ditandatangani, dengan gaya mafia, sebagian besar dengan persyaratan Australia.

Segera setelah itu, Perdana Menteri Mari Alkitiri , seorang nasionalis yang menentang Canberra, secara efektif digulingkan dalam apa yang disebutnya "percobaan kudeta" oleh "orang luar".

Militer Australia, yang memiliki pasukan "penjaga perdamaian" di Timor Leste.

Dalam 18 tahun sejak Timor Leste merdeka, pemerintah Australia telah mengambil hampir 5 miliar dollar AS pendapatan minyak dan gas uang milik tetangganya yang miskin.

Australia telah disebut sebagai "wakil sheriff" Amerika di Pasifik Selatan.

Artikel Terkait