Advertorial
Intisari-Online.com - Megumi Yokota, menjadi satu diantara warga Jepang korban penculikan yang dilakukan Korea Utara antara tahun 1970-an dan 1980-an, masa pemerintahan kakek Kim Jong-un, Kim Il-sung.
Ia menjadi simbol penderitaan warga Jepang atas peristiwa memilukan itu, yang bahkan hingga Kim Jong-un berkuasa masalah ini tidak terselesaikan.
Gadis Jepang yang hilang tanpa jejak pada tahun 1977 ini tidak diketahui keberadaannya selama berpuluh-puluh tahun, menyisakan luka bagi keluarga yang ditinggalkan.
Penderitaan keluarga Megumi bertambah ketika pada 2002, saat Korea Utara dipimpinayah Kim Jong-un, Kim Jong-il, mengklaim bahwa gadis yang hilang saat berusia 13 tahun itu telah meninggal karena bunuh diri.
Namun, keluarga Megumi tidak mempercayainya, karena tidak ada bukti yang menunjukkan itu, termasuk jenazah putri mereka.
Jepang sendiri mengidentifikasi 17 penculikan warganya oleh agen Korea Utara antara tahun tersebut.
Sementara Korea Utara hanya mengakui 13 kasus, itu pun diakui setelah beberapa dekade membantah keterlibatannya atas peristiwa tersebut.
Bahkan, mengutip The National Committe on North Korea, organisasi Jepang yang terlibat dengan masalah ini memperkirakan bahwa jumlah totalnya mendekati 100, meski angka pastinya tidak diketahui.
Abu Jenazah Megumi Dikembalikan, Tapi Tes DNA Menunjukkan Fakta Mengejutkan
Pada tahun 2002, pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-il, mengakui penculikan warga Jepang antara tahun 1970-an dan 1980-an dalam KTT.
Dalam pernyataannya pada KTT 2002, Kim Jong-il dilaporkan mengatakan bahwa masalah tersebut "sangat disesalkan dan saya ingin meminta maaf secara terus terang,".
Juga bahwa mereka yang bertanggung jawab atas penculikan akan "dihukum dengan keras".
Korea Utara mengakui penculikan 13 korban, mengklaim bahwa lima masih hidup dan delapan meninggal karena berbagai sebab atau kecelakaan alam.
Baca Juga: Download Aplikasi Kini Lebih Mudah Dengan Fitur Baru Google Play Store
Namun, beberapa kematian yang dilaporkan tampaknya terjadi dalam keadaan yang mencurigakan, dan tidak dapat dikonfirmasi.
Saat itu, Megumi diklaim telah meninggal setelah bunuh diri, dan Korea Utara mengembalikan abu jenazahnya.
Keluarga Megumi tak begitu saja pasrah dan percaya, mereka membuktikannya dengan melakukan tes DNA.
Hasilnya mengejutkan, tes DNA di Jepang membuktikan sebaliknya, bahwa itu bukanlah abu jenazah Megumi.
"Tes DNA di Jepang menemukan bahwa itu adalah tulang dari orang yang sama sekali berbeda. Kami tahu itu adalah manuver Korea Utara," kata Takuya, kakak Megumi.
"Ini bukan hanya penculikan. Korea Utara mengambil tulang orang lain dan [melakukan] kejahatan ganda," katanya.
Pengakuan Mantan Agen Rahasia Korea Utara
Melansir japan-forward.com pada 2017, seorang mantan agen rahasia Korea Utara dan salah satu dari dua orang yang bertanggungjawab atas serangan terorisme penerbangan 858 Korean Air tahun 1987, Kim Hyon-hui, buka suara tentang penculikan Megumi Yokota.
Baca Juga: Cara Translate Jurnal Berbahasa Inggris Cepat dan Mudah, Hasilnya Langsung Jadi Dokumen Word
Saat itu, Kim menegaskan bahwa korban penculikan Megumi Yokota masih hidup.
Dia mengungkapkan bahwa alasan utama Korea Utara tidak mau mengembalikan Megumi ke Jepang adalah karena dia mengetahui rahasia keluarga Kim saat bertugas sebagai instruktur bahasa Jepang untuk Kim Jong-il.
Sekitar bulan Juni 1984, Kim mengaku bertemu Megumi, yang terlibat dalam pengajaran bahasa di salah seorang rekan operasi.
Sebelum insiden teroris Korean Air ia melihat foto Megumi bersama Yukiko Hasuike, seorang korban penculikan yang kemudian kembali ke Jepang.
Saat itu Megumi sedang hamil. Kim mengatakan bahwa dia kemudian mendengar bahwa Megumi telah melahirkan seorang putri dari suaminya yang merupakan korban penculikan dari Korea Selatan.
Mengenai desakan Korea Utara bahwa Megumi sudah mati, Kim mengatakan bahwa itu karena Megumi pernah terlibat dalam pelatihan agen, "dia tahu hal-hal yang akan menjadi masalah jika diungkapkan."
Menurutnya, alasan utama Megumi tidak dikembalikan ke Jepang karena ia telah terlibat dengan keluarga Kim.
"Alasan nomor satu adalah karena dia terlibat dengan keluarga Kim," katanya.
Kim Hyon-hui mengatakan bahwa dia mendengar bahwa setelah Megumi bercerai, dia adalah guru bahasa Jepang untuk keluarga Kim, meskipun, dia menambahkan, "Aku tidak tahu detailnya."
Mengingat Kim Jong-un, pemimpin tertinggi Korea Utara saat ini, belajar bahasa Jepang sejak usia dini, menurutnya ada kemungkinan Megumi mengajari anak-anak keluarga Kim.
Mengenai mengapa seseorang yang baru berusia 13 tahun diculik, mantan agen Kim menjelaskan bahwa ide aslinya adalah mengubah warga negara asing menjadi "Pejuang Revolusi Kim Il-sung" dan menggunakannya dalam operasi rahasia.
Namun, setelah gagal di Eropa, tujuan penculikan bergeser ke pelatihan para operator, katanya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari