Advertorial

Dikenal Negara Suka Bikin Eksperimen Gila dengan Makhluk Hidup, China Diprediksi Memiliki Pengetahuan Paling Dekat Untuk 'Menciptakan Manusia', dengan Teknologi Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Hal itu bahkan disebut, oleh ilmuwan sebagai langkah logis untuk mulai menciptakan replika manusia dengan teknologi kloning.
Hal itu bahkan disebut, oleh ilmuwan sebagai langkah logis untuk mulai menciptakan replika manusia dengan teknologi kloning.

Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, China adalah negara yang kerap membuat penelitian kontroversial.

Seperti misal, pengeditan gen bayi, kemudian mencipkana monyet dengan kecerdasan manusia, tranplantasi organ hewan.

Hingga diduga memiliki proyek menciptakan tentara berkekuatan super dengan pengeditan genetik.

Selain itu, China diprediksi adalah negara yang paling dekat dengan pengetahuan untuk menciptakan manusia.

Baca Juga: Beberkan 3 Bukti Bahwa Virus Corona Dibuat di Laboratorium Wuhan, Pakar Virologi China Ini Laporkan Ibunya Kini Ditahan Pemerintah Tiongkok

Pada dasarnya menciptakan manusia mungkin seperti Tuhan, namun China telah berulang kali melakuannya pada hewan.

Menurut Daily Express pada 2018, China berhasil menciptakan kloning anjing sebanyak 20 ras berbeda.

Hal itu bahkan disebut, oleh ilmuwan sebagai langkah logis untuk mulai menciptakan replika manusia dengan teknologi kloning.

Menurut Media China tahun 2018, ilmuwan China berhasil menciptakan schnauzer berusia 12 tahun yang diciptakan di laboratorium.

Baca Juga: Sanking Takutnya Taiwan Bersekutu dengan Amerika,Jet TempurChina Sudah 4.132 Kali Lalu Lalang di Atas Langit Taiwan, 'Naik 129% Dibanding Tahun Lalu'

Kemudian menjadi anak anjing terbaru yang hidup berkat kloning oleh China.

Prosesnya melibatkan pengambilan sampel kulit dari Anjing dewasa dan kloning melalui sel.

Wang Yinqin, pemilik anjing tersebut mengatakan bahwa anjing tersebut sangat mirip dengan ayahnya yang dijadikan sampel kloning.

Anjing kloning pertama ini dibuat tahun 2017 oleh praktik kontroversial dan membuat langkah baru sejak saat itu.

Kemudian pada 2018, teknologi ini terus berkembang, ahli China mengklaim telah menciptakan 20 anjing replika berbeda di lab.

Para peneliti mengatakan, bahwa kloning itu menghasilkan hewan dengan DNA yang sama persis, tetapi hewan itu belum tentu memiliki tempramen yang sama.

Ini tergantung pada bagaimana hewan tersebut dibesarkan nantinya.

Baca Juga: China Lagi-lagi Bikin Gempar Dunia, Perusahaan Ini Untung Besar dan Hadiahi 4.116 Buruhnya Mobil Baru

Sementara itu berlanjut pada level selanjutnya, peneliti berencana untuk menciptakan manusia melalui teknik ini.

Menurut peneliti, hal itu memungkinkan orang tua untuk memilih ciri-ciri anak potensial mereka kelak.

Namun, hal itu dengan cepat ditentang oleh Ronald Green, ahli bioetika di Darmouth, yang pernah memperingatkan, "Jika hal itu membuka jalan untuk menciptakan manusia melalui kloning, mungkin banyak orang tidak akan menyetujuinya."

"Seseorang wanita mungkin ingin memiliki bayi George Clooney dan penata rambutnya bisa mencurinya, lalu menjual folikel rambutnya secara online, dan tiba-tiba semua orang memiliki keturunan mirip George Clooney, tanpa persetujuannya," katanya.

Selain itu, ilmuwan di Jepang juga pernah membuat penelitian yang nyaris serupa.

Mereka berhasil menciptakan sel telur manusia, hanya menggunakan darah manusia melalui pengujian sel induk.

Baca Juga: Tak Lagi Tergiur dengan Potensi Minyak Timor Leste, Ini Alasan Australia Mulai Ogah Berhubungan dengan Timor Leste, Bahkan Memberi Pinjaman Pun Masih Mikir-Mikir

Meski demikian, klonin manusia dianggap berbahaya dan tidak dizinkan untuk dilakukan.

Menurut aturan federal Amerika Serikat, tidak mengizinkan bayi manusia dikloning dan kelompok ilmiah internasional pun juga menentangnya.

"Kloning adalah pertunjukkan yang mengerikan: buang-buang nyawa, waktu, uang dan penderitaan yang dihasilkan dari percobaan itu tak terbayangkan," kata Kathy Guillermo, Wakil Presiden di People for The Ethical Treatment of Animal (PETA).

"Karena kloning memiliki tingkat kegagalan 90 persen, kedua monyet yang mewakili kesengsaraan dan kematian dalam skala besar karena percobaan ini," katanya.

Artikel Terkait