Advertorial
Intisari-online.com - China bisa dikatakan adalah negara terkuat di Asia saat ini.
Namun, untuk menegaskan keperkasaanya di Asia, China harus menebarkan pengaruh ke negara-negara di Asia lainnya.
Salah satu wilayah potensial yang dibidik oleh China adalah Asia Tenggara.
Kawasan Asia Tenggara menjadi sangat potensial karena dekat dengan Laut China Selatan yang saat ini sedah berusaha untuk diklaim China.
Baca Juga: Pakai Masker Saja Tidak Cukup, Begini Pencegahan Covid-19 yang Harus Dilakukan Sepanjang Waktu
Artinya jika semakin banyak negara Asia Tenggara berpihak pada China, maka semakin besar pula peluang untuk menguasai Laut China Selatan sepenuhnya.
Sementara itu ada beberapa negara yang terang-terangan tergiur untuk bekerja sama dengan China.
Seperti Filipina yang sempat menyatakan ketertarikan untuk merapat ke kubu China setelah diming-imingi tawaran vaksin Covid-19.
Kemudian ada satu lagi negara ASEAN yang diklaim tak lama lagi bakal menjadi sekutu China.
Seperti dilansir dari 24h.com.vn negara yang dimaksud itu adalah Kamboja.
Dikatakan bahwa, pemerintah Kamboja diduga melakukan tindakan perusakan fasilitas militer AS yang dibangun di negaranya.
Padahal fasilitas yang disponsori Amerika itu, adalah pangkalan angkatan laut terbesar di Kamboja.
Atas tuduhan perusakan itu, Kamboja disinyalir memberi tanda pada China untuk memperluas kehadirannya di negara itu.
Menurut SCMP, Komite Keamanan Maritim Nasional Kamboja mengkonfirmasi penghancuran fasilitas yang disponsori AS itu.
Namun merekan menegaskan tujuannya untuk melayani proyek peningkatan infrastruktur pangkalan itu.
Pangkalan angkatan laut Ream di Teluk Thailand itu telah lama dilihat oleh China dan menjadi perhatian khusus Amerika Serikat.
Penghancuran Kamboja atas fasilitas militer yang disponsori AS hanya terdeteksi oleh pengamat melalui citra satelit.
Komisi tersebut mengatakan militer telah berencana untuk merelokasi Markas Komando Taktis, yang bertanggung jawab atas kerja sama dengan AS dan Australia,sejak 2017.
Fasilitas yang ada sudah tua, dianggap terlalu kecil dan kurang fasilitas, sehingga akan direlokasi, yang tidak akan mengubah hubungan Kamboja dengan mitra luar negeri.
Namun informasi di atas menunjukkan konteks pengaruh China yang semakin meluas di Kamboja, mendukung pembangunan ekonomi Kamboja melalui investasi dan bantuan.
Perdana Menteri Kamboja Hunsen mengatakan pada bulan Juni bahwa China tidak akan memiliki hak eksklusif untuk menggunakan pangkalan angkatan laut tersebut.
Tetapi, kapal perang Amerika dan negara lain dipersilakan berada di pangkalan angkatan laut Ream.
Hunsen menegaskan konstitusi tidak mengizinkan negara asing untuk mendirikan pangkalan militer di wilayah Kamboja.
Akan tetapi tahun lalu, Wall Street Journal (WSJ), mengutip sumber dari seorang pejabat Amerika, mengatakan China telah menawarkan untuk menyewakan basis Ream selama 30 tahun.
Jika disetujui, di sinilah China akan menempatkan senjata , kapal, dan memelihara tentara permanen.
Analis Barat mengatakan China ingin menyewa pangkalan angkatan laut Kamboja untuk memperluas kehadiran strategisnya di wilayah tersebut, mengubah keseimbangan militer di wilayah tersebut.