Advertorial
Intisari-online.com - Seperti yang kita ketahui, China mungkin cukup perkasa di Laut China Selatan.
Negara itu dengan seenaknya mengklaim wilayah itu sebagai wilayahnya berdasarkan sembilan garis putus-putus miliknya.
Selain itu, tak jarang pula China terlihat nyelonong di wilayah negara orang, seperti di wilayah perairan Vietnam, hingga wilayah perairan Natuna di Indonesia.
Namun itu belum seberapa, karena belakangan China juga nyelonong di wilayah lautan yang lokasinya amat jauh dari negaranya.
Tindakan China itu berulang kali mendapat teguran dari Amerika termasuk tindakannya di Laut China Selatan.
Namun, tampaknya gertakan Amerika tersebut tidak membuat Amerika gentar sekalipun, bahkan belakangan mereka justru nyelonong di wilayah laut Amerika.
Menurut 24h.com.vn, pada Senin (28/9/20), beberapa bulan lalu, kapal penangkap ikan terang-terangan nylonong di wilayah laut kepulauan Galapagos yang merupakan wilayah Ekuador.
Menurut majalah Nikkei, armada penangkap ikan itu berburu cumi-cumi di sekitaran pulau itu, dan kini lagi-lagi China tertangkap basah nylonong di wilayah lain di wilayah perairan Amerika.
Armada penangkap ikan China dilaporkan muncul sekitar 370 km di lepas pantai Peru.
"Angkatan laut kami terus berpatroli, memastikan bahwa tidak ada kapal penangkap ikan yang melanggar batas perairan yang kami jurisdiksikan, 320 km dari pantai," kata Menteri Pertahanan Peru Jorge Chavez pada 25 September.
Komandan Penjaga Pantai, Laksamana Muda Jorge Portocarrero mengatakan kepada Reuters bahwa armada penangkapan ikan Tiongkok terdeteksi oleh pesawat patroli Peru dari 20-23 September.
"Tidak semua kapal penangkap ikan China terkonsentrasi di satu tempat, mereka tersebar," kata Portocarrero.
"Kami menghitung ada sekitar 250 kapal, tidak ada bukti bahwa kapal-kapal ini memasuki perairan yang yurisdiksinya dimiliki Peru," katanya.
Kedutaan Besar AS di ibu kota Lima, Peru, mengatakan kapal penangkap ikan China sering mematikan sistem navigasi dan "membuang sampah plastik" tanpa pandang bulu.
"Penangkapan ikan berlebihan menyebabkan kerusakan besar pada ekosistem dan ekonomi. Peru tidak bisa menerima kerusakan seperti itu, "tulis kedutaan AS di Twitter.
Menanggapi pernyataan di atas, Kedutaan Besar China di Peru menegaskan bahwa negara tersebut sangat mementingkan perlindungan lingkungan dan laut.
"Kami berharap warga Peru tidak tertipu oleh informasi yang tidak akurat," tulis kedutaan besar China di Twitter.
Menteri luar negeri Peru kemudian harus angkat bicara, mengungkapkan keinginannya untuk meredakan ketegangan.
Peru adalah produsen tembaga terbesar kedua di dunia, terutama mengekspor ke China.
Wakil Menteri Talavera mengatakan bahwa Peru sangat mementingkan hubungan "teman dan mitra" dengan AS dan China, mendesak para pihak untuk menyelesaikan perselisihan melalui dialog dan kerja sama.
Asosiasi Perikanan Peru mengatakan perburuan cumi-cumi raksasa tanpa pandang bulu merugikan industri dalam negeri.
Cumi-cumi menyumbang 43% dari ekspor makanan laut Peru.
"Setiap tahun, kapal penangkap ikan China yang selalu berlabuh di tepi perairan Peru memiliki yurisdiksi untuk menangkap sumber ikan ini," kata Cayetana Aljovín, ketua National Fisheries Association of Peru, pada 25 September 2020.
Menurut sumber, kapal penangkap ikan Tiongkok mencari cumi-cumi raksasa untuk diburu di perairan antara Peru dan Kepulauan Galapagos.