Advertorial
Intisari-Online.com -Perseteruan antara China dan India di wilaya perbatasan di Ladakh memang belum usai hingga kini.
Namun, menurut SCMP, komandan China dan India awal pekan ini setuju untuk tidak mengirim lebih banyak pasukan ke garis depan.
Hal itu dilakukan dalam upaya untuk mengurangi ketegangan terburuk dalam beberapa dekade antara kedua negara tetangga.
Sementara itu, para prajurit dari kedua negara yang bertahan di garis depan perbatasan harus belajar bertahan hidup di ketinggian 4.500 meter.
Diketahui, di daerah tersebut udaranya dingin dan suhu turun sangat rendah, mulai Oktober mendatang.
“Para pemimpin India ingin 30.000 tentara tinggal di daerah yang disengketakan selama musim dingin, berurusan dengan 50.000 tentara China di sisi lain. Ini berarti ada kebutuhan mendesak untuk menimbun makanan, amunisi dan bahan bakar,” kata Rajeswari Pillai Rajagopalan, kepala Inisiatif Kebijakan Nuklir dan Luar Angkasa di Observer Research Foundation di New Delhi.
Melansir 24h.com.vn, Minggu (27/9/2020), Zhou Chenming, seorang ahli militer yang berbasis di Beijing, mengatakan militer China juga sangat ingin membiarkan tentaranya tetap di garis depan musim dingin mendatang, karena jaringan logistik pada dasarnya dapat melakukannya.
Zhou berkata bahwa selama periode cuaca paling ekstrim, tentara harus belajar bagaimana bertahan hidup sendiri, karena stasiun hampir tidak dapat diakses.
"Suhu di Himalaya bisa turun hingga minus 40 derajat Celcius, jalan menuju daerah yang tertutup salju, mengisolasi tempat ini dari dunia luar," kata Zhou.
"Saat musim dingin tiba, sangat sulit bagi kedua belah pihak untuk bertarung. Bertahan hidup adalah prioritas utama,” tambahnya.
Menurut media pemerintah China, militer telah membangun lebih banyak lapangan terbang, dan rumah sakit di Tibet, membuka jalan ke tempat tentara ditempatkan di garis depan.
Pesawat angkut Y-9 telah ditingkatkan menjadi "rumah sakit penerbangan", siap membantu tentara pada musim dingin ini.
ThePrint yang berbasis di New Delhi juga mengonfirmasi bahwa tentara India sedang mempersiapkan langkah akhir agar pasukannya dapat tinggal dengan nyaman pada musim dingin.
"Konfrontasi China-India di perbatasan berubah menjadi perang gesekan," kata Rajeev Ranjan Chaturvedy, pakar militer di New Delhi. Partai yang kehabisan tenaga dan peralatan akan kalah".
Menurut para ahli, tentara India sudah terbiasa dengan kondisi sulit di daerah perbatasan, sehingga bisa bertahan lebih baik dari tentara China.
Tetapi jaringan logistik dan dukungan untuk garis depan China jauh lebih baik daripada India saat ini.