Advertorial
Intisari-Online.com - Pemerintah Taiwan tidak tinggal diam ketika negaranya ditekan oleh pemerintah China.
Sebab, sejak awal, Taiwan sudah menegaskan bahwa mereka adalah negara merdeka yang memiliki sistem pemerintahannya sendiri.
Sudah berulang kali Taiwan menegaskan bahwa merekabukan lagibagian dari China.
Oleh karenanya, pemerintah Taiwan menyiapkan berbagai hal. Berjaga-jaga jika China tiba-tiba menyerang mereka.
Dilansir dari kontan.co.id,Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi pangkalan pemeliharaan mesin jet tempur Taiwan pada Sabtu (26/9/2020).
Kunjungan ini untuk memberi dorongan saat angkatan bersenjata Taiwan mengalami ketegangan dalam menghadapi serangan angkatan udara China yang berulang.
Reutersmelaporkan, bulan ini saja, pesawat tempur China telah beberapa kali melintasi garis tengah Selat Taiwan yang sensitif dan berlatih di dekat Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan di Laut China Selatan.
Angkatan Udara Taiwan telah berulang kali berusaha untuk mencegat jet China.
Meskipun mereka belum terbang di atas daratan Taiwan sendiri, penerbangan tersebut telah meningkatkan tekanan, baik finansial maupun fisik pada angkatan udara Taiwan untuk memastikan pesawatnya siap terbang setiap saat.
Mengunjungi pangkalan udara Gangshan di selatan Taiwan Kaohsiung, Tsai menerima laporan rinci tentang bagaimana kru pemeliharaan memastikan pesawat F-16 Taiwan dan jet tempur lainnya beroperasi pada kinerja puncak.
Dia tampak sedikit terkejut ketika diberi tahu bahwa harga satu komponen kecil untuk F-CK-1 Ching-kuo Indigenous Defense Fighter mencapau T$ 380.000 atau setara US$ 13.000.
Berbicara kemudian kepada para pelaut di dekat pangkalan angkatan laut Zuoying, Tsai berjanji untuk menjadi pendukung terkuat angkatan bersenjata pulau itu.
"Jika tidak ada cadangan atau bantuan dari kalian semua, kekuatan tempur militer yang teguh akan sangat berkurang," katanya.
Angkatan Udara Taiwan kalah bersaing dengan China, dan ketegangan dari berbagai serangan di angkatan bersenjata Taiwan mulai terlihat.
Kementerian Pertahanan Taiwan bulan ini mengatakan "peningkatan dramatis" pada tingkat ancaman, telah menyebabkan peningkatan besar dalam biaya pemeliharaan yang awalnya tidak dianggarkan.
Amerika Serikat (AS) tahun lalu menyetujui penjualan jet tempur F-16 senilai US$ 8 miliar ke Taiwan, sebuah kesepakatan yang akan menjadikan Taiwan memiliki lebih dari 200 armada F-16 dan terbesar di Asia.
Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menyatakan keprihatinannya tentang biaya ketegangan dengan China.
“Setiap kali pesawat komunis menyerang Taiwan, angkatan udara kami mengudara, dan biayanya sangat mahal."
"Ini bukan hanya menjadi beban bagi Taiwan, tapi juga beban yang cukup besar bagi China,” ujarnya.
Seorang diplomat yang berbasis di Taiwan, mengutip percakapan dengan para pejabat keamanan, mengatakan China tampaknya melakukan kampanye gesekan dengan seringnya terbang.
"China mencoba melemahkan pilot Taiwan dengan membuat mereka terus-menerus gelisah," kata diplomat itu tanpa menyebut nama.
(Khomarul Hidayat)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Provokasi jet tempur China membuat bujet pemeliharaan pesawat tempur Taiwan bengkak")