Advertorial
Intisari-Online.com - Ketika China mengklaim 80% wilayah Laut China Selatan, hampir sebagian besar negara di sekitarnya protes.
Termasuk Filipina.
Bahkan negara Asia Tenggara ini terlihat paling tidak terima dengan klaim tidak masuk asal Negeri Panda.
Oleh karenanya militer Filipina mulai mensiagakan kapal Angkatan Lautnya di Laut China Selatan.
Tapi pemerintah Manila sadar betul bahwa militer mereka masih kalah jauh dari China.
Oleh karena itu, Filipina meminta bantuan negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Dilansir dari kontan.co.id pada Kamis (24/9/2020),Filipina akan meminta bantuanAmerika Serikat (AS).
Ini terjadi jika China menyerang kapal Angkatan Lautnya di Laut China Selatan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin Jnr mengatakan pada Rabu (23/9/2020).
Komentar Locsin menandai pertama kalinya Pemerintahan Rodrigo Duterte secara terbuka menyatakan akan meminta bantuan AS, di tengah gejolak yang sedang berlangsung antara Filipina dan China di perairan yang disengketakan.
“Mereka bisa menyebutnya provokasi ilegal, Anda tidak bisa berubah pikiran. Mereka sudah kehilangan lewat putusan arbitrase," kata Locsin, merujuk pada keputusan pengadilan internasional pada 2016 yang menyatakan China telah melanggar kedautalan Filipina di Laut China Selatan.
"Tetapi jika terjadi sesuatu yang tidak dapat diserang tetapi sebenarnya merupakan serangan terhadap, katakanlah, kapal Angkatan Laut Filipina, itu berarti saya akan menghubungi Washington DC," tambahnya seperti dikutipChina South Morning Post.
Tapi, Locsin menolak untuk menjelaskan secara spesifik permintaan bantuan kepada AS.
Ia hanya bilang, "Saya tidak akan membahasnya karena inti dari teori pencegahan adalah ketidakpastian".
Yang terang, "Saya sangat tegas dalam melindungi apa yang menjadi milik kami, saya sangat tegas untuk tidak pernah bertekuk lutut ke China,” tegasnya.
Locsin awal bulan ini berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, setelah Washington menolak klaim China atas jalur perairan yang kaya sumber daya yang disengketakan, yang dilewati perdagangan senilai US$ 3 triliun.
Pompeo mengatakan, AS akan mendukung negara-negara yang percaya China melanggar kedaulatan di Laut China Selatan.
Beijing sering mengandalkan Sembilan Garis Batas untuk mengklaim hak bersejarah atas Laut China Selatan, yang telah ditentang oleh Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Brunei.
Sejak 1951, AS dan Filipina memiliki Perjanjian Pertahanan Bersama yang mengikat mereka untuk saling mendukung jika terjadi serangan.
Aaron Jed Rabena, peneliti di lembagathink tankkebijakan luar negeri Asia Pacific Pathways to Progress, mengatakan kepadaChina South Morning Post, Beijing "mungkin melihat pernyataan Locsin sebagai tanda keberlanjutan penyelarasan strategis antara Manila dan Washington".
Menurut Rabena, ketika mengunjungi Filipina pada Maret 2019, Pompeo mengatakan, "jika China memulai serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina atau kapal atau pesawat publik mana pun di Laut China Selatan, Perjanjian Pertahanan Bersama akan diaktifkan".
Lauro Baja, Perwakilan Filipina di PBB, yang pernah dua kali menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB, menyatakan, "Suka atau tidak, konfrontasi militer antara AS dan China akan melibatkan kami, dan Filipina tidak akan punya pilihan selain berpihak pada AS".
(S.S. Kurniawan)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Filipina: Kami minta bantuan AS jika China serang kapal AL kami di Laut China Selatan")