Advertorial
Intisari-Online.com - Barangkali, impian setiap orang adalah ingin menjalani masa tua dengan hidup tenang dan bahagia di rumah yang nyamanbersama pasangan.
Namun, agaknya tak semua orang bisa memiliki kehidupan tua semacam itu.
Beberapa orang yang kurang beruntung harus rela untuk menjalani masa tua dengan penuh perjuangan, seperti pasangan lansia berikut.
Sebuah gubuk ukuran kurang lebih 2x3 berdinding kayu.
Baca Juga: 13 Zona Sensitif pada Pria untuk Berikan Kesenangan yang Lebih Baik
Atapnya ditutup seng bekas.
Sebagian ditutup terpal biru. Di atas atap penuh dedaunan kering.
Gubuk kumuh ini jadi tempat tinggal sepasang suami istri, Dawari (77) dan Mardiana (55).
Berlokasi di Jalan Rimbawan RT 08, Tanah Merah, Samarinda, Kaltim. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota Samarinda arah Jalan Poros Samarinda – Bontang.
Dalam gubuk itu penuh sampah.
Pasangan suami istri ini tinggal bersama sampah-sampah tersebut.
Banyak botol plastik bekas kemasan air mineral.
Ada pula kain bekas, kantong plastik berserakan di lantai beralas papan.
Tidak ada listrik, tidak ada sumber air bersih.
Untuk penerangan pada malam hari mereka menggunakan lilin. Jika tidak ada, keduanya hidup dalam kegelapan malam.
“Kalau hujan bocor. Kami pindah ke kandang ayam,” ungkap Dawari saat ditemui awak media di gubuknya, Selasa (22/9/2020).
Letak gubuk dan kandang ayam berdampingan.
Dulu Dawari memelihara ayam di kandang itu.
Namun ayamnya sudah ia jual. Sebagiannya mati. Kini kandang itu kosong.
Bangunan kandang ayam juga mirip gubuk. Kini kedua tempat itu jadi hunian pasangan usia senja ini.
“Kami pindah-pindah. Kalau ini bocor pindah ke sana. Kalau di sana bocor pindah ke sini,” kata dia.
Untuk mandi keduanya menampung air hujan. Kadang menggunakan air parit jika tak ada hujan.
Kebutuhan makan bergantung belas kasihan tetangga lain yang letaknya tak jauh dari gubuk pasangan ini.
Dawari tiba di Samarinda sejak 1997 dari Surabaya. Dia tinggal berpindah-pindah. Pada 2000 dia menikahi Mardiana.
Sempat punya anak satu. Istrinya mengalami gangguan jiwa sehingga anak tersebut diasuh oleh orang lain.
Usia anaknya kini sudah 17 tahun. Disekolahkan oleh orangtua asuhnya di Balikpapan.
“(Anak) baru sekali kunjung ke sini. Kami dipanggil om sama acil (tante). Karena mulai kecil dipelihara sama orang itu,” kata dia.
Sejak 2003, pasangan ini ditugaskan menjaga kebun yang kini mereka tinggali.
“Saya jaga kebun ini sudah lama. Dulu saya dibayar pemilik kebun. Tapi dia sudah meninggal jadi tidak ada lagi,” tutur dia.
Di sekitar gubuk Dawari punya beberapa tetangga. Rumah mereka sedikit berjarak dengan gubuk Dawari.
“Untuk makan kadang dibantu beras, ikan sama tetangga,” pungkas Dawari.
Dawari bersama istrinya berharap pemerintah bisa memberi mereka kehidupan lebih layak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Suami Istri Lansia Tinggal di Bekas Kandang Ayam Penuh Sampah Selama 17 Tahun"