Advertorial
Intisari-online.com -Bukan rahasia lagi jika Amerika memang negara yang sanggup menciptakan senjata militer hebat.
Termasuk salah satunya pesawat yang diklaim anti nuklir dan anti kiamat ini.
Pesawat tersebut adalah Boeing 707 atau E-6B Mercury.
Pesawat Boeing 707 atau E-6B Mercury adalah pesawat yang diterima Angkata Udara Amerika tahun 1997.
Pesawat ini hanya lebih dari 150 kaki panjangnya dan tingginya mencapai 42 kaki.
Mereka bisa melakukan perjalanan dengan kecepatan 600 mph dan jangkuan 6.600 mill laut.
MenurutWashington Postpesawat ini diciptakan tahan nuklir dan anti kiamat memiliki ketahanan lebih dibandingkan pesawat lainnya.
E-6B adalah komponen penting dari misi "Take Charge and Move Out" (sebuah misi angkatan udara AS) yang diciptakan dari Boeing 707 komersial.
Pesawat ini menghubungkan pada pemimpin AS dengan gudang hulu ledak nuklir dan siap dikirim ke darat, udara, laut pada saat sedang krisis.
Hingga tahun 1991 vasiasi pesawat ini disimpan selama lebih dari 3 dekade.
Meski diciptakan tahan nuklir dan anti kiamat Pesawat E-6B Mercury tidak dilengkapi pertahanan anti burung.
Jadi, bagaimana jadinya jika pesawat ini menabrak burung?
Washington Postmengatakan, pesawat ini kini berada di tanah di Maryland dalam waktu yang lama.
Pesawat yang seharusnya memainkan peran penting dalam perang nuklir ini seharusnya mendarat sebentar sebelum lepas landas lagi.
Namun semua itu terjadi akibat pesawar anti nuklir itu menabrak burung.
Seekor burung menabrak salah satu dari empat mesin pesawat ketika mendarat pada 2 Oktober.
Hal itu menyebabkannya untuk sementara mendaratkannya dan menyebabkan kerugian hingga 2 juta dollar AS (Rp28 miliar) akibat kerusakan.
Hal itu diungkapan Tim Boulay, direktur komunikasi untuk Divisi Pesawat Navar Air Warfare Center, mengatakan kepadaThe Washington Post.
Meskipin Boulay mengatakan pesawat itu bisa beroperasi setelah mesin yang rusak diganti. Namun itu insiden memalukan.
Antara 1981 dan 2011, penerbang angkata udara AS melaporkan lebih dari 16.500 serangan burung.
Hal itu mengakibatkan kerusakan dengan jumlah keurgian 372 juta dollar AS (Rp52 trilun), menurutNaval Safety Center.