Advertorial

Ketika Keegoisan Negara-negara Superkaya 'Membunuh' Mimpi Besar nan Mulia WHO Soal Vaksin Covid-19, Negara Miskin akan Semakin Merana

Ade S

Penulis

Mimpi besar nan mulia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait vaksin Covid-19 dipastikan harus kandas sebelum sempat terlaksana sama sekali.
Mimpi besar nan mulia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait vaksin Covid-19 dipastikan harus kandas sebelum sempat terlaksana sama sekali.

Intisari-Online.com -Mimpi besar nan mulia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait vaksin Covid-19 dipastikan harus kandas sebelum sempat terlaksana sama sekali.

Padahal, mimpi besar WHO tersebut seharusnya dapat terwujud pada minggu depan.

Lebih menyedihkan lagi, kandasnya mimpi tersebut justru terjadi karena 'ulah' dari negara-negara besar.

Kebijakan mereka terkait vaksin Covid-19 membuat banyak negara, khususnya negara miskin, dipastikan akan semakin terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kabar Baik bagi Peserta BPJS Kesehatan, Vaksin Covid-19 Bisa Anda Dapatkan Secara Gratis, Tapi Ada Syaratnya, Apa?

Padahal, justru negara-negara miskinlah yang benar-benar terkena tamparan paling keras dari pandemi Covid-19.

Keegoisan negara-negara besar telah membuatprogram 'vaksin Covid-19 untuk semua' yang selama ini digaungkan WHO harus kandas.

Lalu, apa sebenarnya kebijakan negara-negara superkaya yang telah mengandaskan mimpi WHO tersebut?

Simak ulasannya berikut ini.

Baca Juga: Tak Bisa Dianggap Remeh! Selain Disebut Penyakit Penyerta pada Pasien Covid-19, Ternyata Obesitas Juga Dapat Turunkan Kemampuan Vaksin Corona

Melansir Reuters, Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan mereka sendiri untuk mengamankan jutaan dosis vaksin Covid-19 bagi warganya.

Hal ini tentu saja mengabaikan peringatan badan PBB bahwa "nasionalisme vaksin" akan menekan pasokan vaksin.

Para ahli mengatakan, jika negara lain yang mampu mendapatkan vaksin melakukan pendekatan serupa, strategi WHO untuk memerangi pandemi virus corona secara global dan secara adil berisiko dibatalkan.

“Jika itu terjadi, cukup jelas bahwa volume vaksin yang tersedia tidak mencukupi untuk negara lain, terutama dalam enam hingga sembilan bulan pertama,” kata Alex Harris, kepala kebijakan global di badan amal kesehatan Wellcome Trust seperti yang dikutip Reuters.

Negara-negara yang ingin menjadi bagian dari inisiatif WHO, yang dijuluki COVAX, harus mengirimkan pernyataan dukungnnya paling lambat hari Senin mendatang.

Lebih dari 170 negara, termasuk Kanada, Norwegia, Korea Selatan dan Inggris, telah mengajukan pernyataan dukungan yang tidak mengikat untuk berpartisipasi dalam skema tersebut.

Baca Juga: Ada 268 Juta Penduduk Indonesia, Hanya 15 Juta Pasien yang Bisa Dapat Vaksin Covid-19 di Akhir Tahun 2020, 'Itu Vaksin dari UEA dan China'

Sebuah skema yang oleh WHO disebut-sebut sebagai satu-satunya inisiatif global untuk memastikan vaksin Covid-19 tersedia di seluruh dunia, baik bagi negra kaya maupun negara miskin.

Melansir Reuters, WHO telah mendaftarkan sembilan kandidat vaksin Covid-19 dan menetapkan rencana untuk mendapatkan dan mengirimkan 2 miliar dosis pada akhir 2021 ke seluruh negara yang mendaftar.

Tapi badan kesehatan internasional ini telah berjuang untuk mendorong negara-negara kaya ikut serta secara penuh dalam program ini.

Pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik negara-negara penimbun vaksin, dengan memperingatkan bahwa strategi tersebut akan memperburuk pandemi.

Dalam imbauan terakhir untuk mendapatkan dukungan sebelum tenggat waktu Senin, dia menulis surat kepada anggota WHO dan mendesak partisipasi mereka.

Seorang juru bicara mengatakan kepada Reuters, Komisi Uni Eropa "berkomitmen penuh" untuk keberhasilan COVAX.

Baca Juga: Covid Hari Ini 25 Agustus 2020: Jumlah Pasien Baru Tercatat Cukup Tinggi, Indonesia Siap Amankan 290 Juta Stok Vaksin Covid-19, Bisa Digunakan sampai Akhir 2021

Saat ini, Uni Eropa telah mengadakan pembicaraan paralel dengan produsen vaksin untuk pasokan di blok tersebut.

Inggris mengatakan, pihaknya mendukung COVAX untuk memastikan akses yang sama ke vaksin, termasuk pendanaan, sambil melakukan kesepakatan pasokan bilateral sendiri.

Gedung Putih tidak segera mengomentari situasi tersebut.

Amerika Serikat tidak berpartisipasi dalam peluncuran program pada bulan April atau acara penggalangan dana pada bulan Mei.

Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "WHO tak lagi ambisius soal program 'vaksin Covid-19 untuk semua', ini sebabnya".