Advertorial
Intisari-Online.com - Seiring bertambahnya jumlah kasus virus corona, gejala yang ditimbulkan pasien pun semakin beragam.
Gejala tersebut mulai dari demam, batuk, sesak napas hingga kehilangan indra penciuman dan perasa.
Namun baru-baru ini juga diketahui gejala yang diidentifikasi dari penderita Covid-19, yaitu happy hypoxia syndrome.
Melansir pemberitaan Kompas.com (12/8/2020), happy hypoxia merupakan kondisi pasien mengalami tingkat saturasi oksigen dalam darah rendah yang bisa menyebabkan ketidaksadaran hingga kematian.
Namun, pada saat itu pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas, atau tanda lain yang mengisyaratkan terinfeksi virus corona.
Seseorang akan terlihat seperti biasa, tidak mengalami gangguan kondisi fisik, bisa juga berkomunikasi.
Padahal gejala ini bisa mengakibatkan hilangnya kesadaran, bahkan kematian.
Sebagaimana terjadi pada pasien Covid-19 di Banyumas, Jawa Tengah yang mengalami gejala happy hypoxia dan berakhir meninggal dunia.
Deteksi dini
Melihat gejala yang tidak terlihat itu, epidemiolog Dicky Budiman menyebutnya sebagai gejala yang menyulitkan deteksi dini kasus Covid-19.
"Ini adalah salah satu dari sekian banyak gejala yang karakternya unik untuk Covid-19. Ini juga salah satu yang relatif mempersulit deteksi dini," kata Dicky, Jumat (28/8/2020).
"Karena dari tampilan kadang menipu, pasien terlihat biasa saja tidak ada keluhan, tapi ketika diperiksa lebih detail salah satunya dengan oksimeter, saturasi oksigennya dia menurun," tambah Dicky.
Menurutnya gejala happy hypoxia pada kasus Covid-19 sudah ditemukan para peneliti beberapa bulan yang lalu, jadi bukan sesuatu yang relatif baru.
Hanya saja masyarakat di Indonesia dimungkinkan baru menerima informasinya belum lama ini.
Baca Juga: Abaikan Perjanjian 2002, China Terus Provokasi Laut China Selatan dengan Luncurkan 4 Rudal Balistik
Memperparah kondisi pasien
Masih menurut Dicky, happy hypoxia bisa menyebabkan banyak kasus pasien Covid-19 menjadi semakin parah.
"Dan ini adalah salah satu fenomena yang akhirnya juga menyebabkan banyak kasus yang tadinya dari derajat sedang menjadi lebih parah atau kritis, karena perubahannya bisa sangat cepat," ungkapnya.
Covid-19 banyak disebut sebagai satu penyakit yang memiliki 1.000 wajah atau dengan keluhan yang berbeda-beda, sehingga cukup sulit untuk mendeteksinya.
"Kecuali dengan pemeriksaan fisik yang teliti, yang hati-hati juga, termasuk ditunjang dengan pemeriksaan penunjang seperti PCR ataupun pemeriksaan rontgen dan CT Scan," jelas Dicky.
Luthfia Ayu Azanella
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sulit Dideteksi, Epidemiolog Ingatkan Gejala Covid-19 Happy Hypoxia"