Advertorial
Intisari-Online.com - Letusan Gunung Krakatau merupakan salah satu letusan gunung api terbesar di Indonesia.
Bahkan, letusan Gunung Krakatau dikenal sebagai bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.
Bencana tersebut bukan hanya berdampak untuk wilayah Indonesia, bahkan dunia merasakan kondisi mencekam.
Hari ini 137 tahun lalu, tepatnya 26 Agustus 1883, terjadi letusan Gunung Krakatau tersebut.
Gunung Krakatau dikenal dunia sejak letusan terbesarnya pada 1883.
Dikutip Harian Kompas (26/12/2018), letusan itu merupakan yang terkuat dalam sejarah, dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).
Erupsi Gunung Krakatau dimulai sejak Mei.
Lalu, intensitasnya bertambah pada 26 Agustus dan mencapai puncaknya pada Senin 27 Agustus 1883.
Dilansir Live Science, 15 Juli 2017, letusan dahsyat awal Gunung Krakatau terjadi pada Minggu, 26 Agustus 1883 pukul 12.53.
Awan panas dan puing-puing membumbung ke udara setinggi 24 km di atas Perboewatan, pulau paling utara di Kepulauan Krakatau.
Diperkirakan, puing-puing dari aktivitas letusan sebelumnya (20 Mei) telah menyumbat leher kerucut, yang memungkinkan terjadinya tekanan di ruang magma.
Pada pagi hari tanggal 27 Agustus 1883, terjadi empat letusan dahsyat di Gunung Krakatau.
Suaranya dikabarkan terdengar hingga Perth, Australia, atau sekitar 4.500 kilometer jauhnya.
Bencana itu menenggelamkan Perboewatan dan Danan ke dalam kaldera di bawah laut.
Erupsi Gunung Krakatau itu merupakan letusan gunung berapi paling mematikan dalam sejarah modern.
Diperkirakan lebih dari 36.000 orang meninggal.
Sementara itu dikutip Harian Kompas, 27 Agustus 1981, sedikitnya 36.417 orang meninggal dan hilang terseret gelombang atau tertimbun bahan letusan yang dimuntahkan gunung tersebut.
Para korban banyak yang meninggal akibat luka panas akibat ledakan.
Ada juga yang menjadi korban tsunami.
Dikutip Harian Kompas, 2 November 2002, bencana tsunami paling dahsyat (hingga 2002) adalah akibat letusan Krakatau 26 Agustus 1883.
Tinggi tsunami mencapai 41 meter.
Tsunami ini tercatat sebagai bencana tsunami paling dahsyat dalam sejarah kehidupan manusia dan menjadi perhatian dunia.
Letusan Krakatau juga memengaruhi iklim dan menyebabkan penurunan suhu di seluruh dunia.
Penyebab erupsi Dilansir History, letusan Gunung Krakatau berasal dari pergerakan lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi.
Hal itu terus bergerak melawan satu sama lain di atas lapisan cairan tebal atau mantel. Pulau Krakatau berada di Selat Sundam antara Jawa dan Sumatera.
Indonesia terletak di jantung zona subduksi, lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan sebagian Lempeng Asia (Sumatera) saat bergerak ke utara.
Sebagai lempeng samudera yang lebih berat, lempeng Indo-Australia meluncur di bawah lempeng benua yang lebih ringan dan lebih tebal (lempeng Asia/Sumatera).
Batuan sertamaterial lain yang meluncur bersamanya memanas saat tenggelam di bawah permukaan bumi.
Batuan cair (atau magma) dari bawah mengalir ke atas melalui saluran ini, membentuk gunung berapi.
Pada 1883, ada tiga puncak Krakatau yang berfungsi sebagai jalan keluar untuk ruang magma.
Analisis menunjukkan selama letusan sebelumnya, puing-puing menyumbat leher Perboewatan dan tekanan kemudian terbentuk di bawah penyumbatan.
Setelah ledakan awal membelah ruang magma dan gunung berapi mulai runtuh, air laut yang bersentuhan dengan lahar panas menciptakan bantalan uap panas eksplosif dan membawa aliran lava hingga 25 mil (40 km) dengan kecepatan hingga 62 mph.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Gunung Krakatau Terdahsyat Dimulai
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari