Advertorial
Intisari-online.com -Australia ramai diberitakan menjadi negara yang ikuti AS menolak klaim China atas Laut China Selatan.
Australia memang salah satu negara yang vokal dalam mendukung 'aturan internasional'.
Hal itu tidak mengherankan mengingat status negara tersebut sebagai negara kekuatan menengah ke atas dengan kapasitas terbatas untuk mempengaruhi aturan internasional atau tindakan anggota-anggota yang dominan.
Namun yang bikin heran adalah pemimpin Australia rupanya bisa mengabaikan aturan tersebut untuk kepentingan nasional mereka.
Mengutip The Strategist, salah satu contoh paling memalukan adalah perlakuan mereka kepada Timor Leste.
Media Australia ABC telah menunjukkan cara memalukan pemerintah Australia memperlakukan Timor Leste dan pengadu yang terlibat dalam hal ini.
Ada 2 aspek dalam cerita yang sangat terkenal ini, kedua aspek ini perlu untuk diingat kembali.
Pertama adalah penerus pemerintahan Australia telah mengabaikan atau sama sekali tidak khawatir mengenai kesejahteraan warga Timor Leste selama berpuluh-puluh tahun.
Bahkan pemerintahan progresif yang sebaliknya yaitu Gough Whitlam dengan senang hati berikan anggukan dan setuju pada rezim Suharto saat berjanji untuk menggantikan bangsa Portugal sebagai kekuasaan kolonial yang menguasai wilayah itu.
Meskipun ada era pemerintah Australia yang memberikan peran memfasilitasi kemerdekaan Timor Leste, sebagian pemerintah Australia telah melanjutkan tindakan sewenang-wenang mereka.
Mereka juga tanpa malu mencoba mengeruk keuntungan yang bisa didapat dari Timor Leste semenjak negara itu merdeka.
Kejadian paling mengerikan dalam konteks ini adalah penyadapan Istana Pemerintah Timor Leste yang dilakukan oleh Badan Intelijen Rahasia Australia.
Berkedok memberikan bantuan yang 'sangat dibutuhkan dan bantuan pembangunan', Australia justru menyadap percakapan di Istana Pemerintah Timor Leste.
Australia berulang kali menjanjikan tentang batas-batas wilayah dan cadangan minyak dan gas yang mereka janjikan, dan bagi Timor Leste itu sama saja dengan cara penyadapan itu.
Tentu, beberapa akan menjawab bahwa semua bangsa saling memata-matai, mencari keuntungan dan mengutamakan kepentingan nasional di atas segalanya.
Memang mungkin begitu, tapi tidak semua bangsa mengagungkan diri mereka sebagai penegak hukum berprinsip dari aturan internasional.
Baca Juga: Mantan Anggota DPR Gunungkidul Ketahuan Curi Pisang, Namun Ia Tak Ditahan, Ini Kata Polisi
Australia telah terapkan standar ganda, dan itu membuat mereka sedikit memalukan pada saat-saat terbaik mereka.
Misalnya untuk kebijakan mereka tentang China, sebenarnya Australia sama saja dengan China tapi di publik Australia berusaha menunjukkan bahwa mereka negara yang 'lebih bermartabat'.
China sendiri tanpa malu-malu memata-matai dan menindas atau membeli negara tetangga untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi mereka tidak menunjukkan diri mereka baik di publik internasional.
Penolakan China atas putusan pengadilan internasional di Den Haag tentang validitas klaim teritorial Filipina timbulkan banyak komentar yang merugikan di Australia.
Baca Juga: Tak Main-main, Bongkahan Berlian 442 Karat Seharga Rp264 Miliar Ditemukan di Afrika
Keluhan itu sebenarnya juga patut diacungkan kepada Australia yang juga telah menolak arbitrase dan putusan pengadilan oleh otoritas independen dalam menyelesaikan sengketa perbatasan mereka dengan Timor Leste.
Alasan Pemerintah Australia adalah menolak setiap upaya untuk membatalkan perjanjian sebelumnya.
Perjanjian sebelumnya secara tidak seimbang menguntungkan Australia dan mengatasi fakta bahwa sebagian besar cadangan gas dan minyak lebih condong ke Timor Leste.
Permasalahan kedua negara tersebut tampaknya telah diselesaikan Australia, tapi kerusakan pada kedudukan diplomatiknya mungkin terbukti lebih bertahan.
Hal itu juga dapat memperumit pengaruh Australia dalam hubungannya yang semakin bermasalah dengan China.
Hal itu tentunya timbulkan sejumlah pertanyaan yang tidak menyenangkan tentang posisi Australia di komunitas internasional.
Jadi, bagaimana pemimpin Australia mengklaim negara mereka bermartabat dan menjadi pilar kewarganegaraan internasional yang baik jika mereka sendiri memiliki sejarah yang dipertanyakan dan kemauan untuk mencemooh norma-norma internasional ketika mereka cocok?
Bagaimana juga Australia mengkritik China terus-terusan ketika mereka sendiri juga tidak berperasaan terhadap negara tetangga mereka sendiri?
Ironisnya lagi, pemerintah Australia tampaknya mengambil langkah dari buku pedoman China.
Mereka juga melecehkan para kritikus domestiknya dan mengejar mereka melalui pengadilan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini