Advertorial
Intisari-online.com - China dan Amerika mungkin adalah dua negara yang sama-sama kuat saat ini.
Selain itu, dua negara ini menjadi pusat perhatian dunia saat ini, kedua negara ini terus terlibat konflik baik dagang, maupun hubungan diplomatik yang memburuk.
Meskipun kedua negara ini sedang berseteru, tampaknya ada dugaan bahwa sebenarnya hubungan kedua negara ini sebenarnya baik-baik saja.
Dalam sebuah percakapan telepon pada awal tahun ini, Presiden Donald Trump dan Xi Jinping pernah melakukan pecakapan positif mengenai virus corona, dan hubungan dagang.
Menurut kantor berita Xinhua, keduanya membicarakan kesepakatan perdagangan, dan mempromosikan hubungan bilateral.
Konsensus baru mereka meyakinkan banyak politisi, pialang saham, pabrikan, dan orang biasa dari seluruh dunia.
Pengamat dekat interaksi China-AS, tidak hanya melihat kesepakatan ini hanya untuk mengurangi perselisihan dagang tetapi, hubungan diplomatik bilateral 40 tahun ke depan.
Sementara itu, jika ditelusuh lebih jauh lagi, China dan AS sebenarnya memiliki hubungan yang mesra yang sedikit diketahui dunia.
Dalam buku berjudul Fake Fear: America And China Relations, (ketakutan palsu: Hubungan China-AS), diterbitkan oleh sarjana China Xin Jiyan, menunjukkan aspek sejarah, ekonomi antara dua negara ini.
Pada masa Mao Zedong memimpin China dan Amerika dipimpin Richard Nixon, kedua negara ini memiliki normalisasi hubungan bilateral sekitar lima dekade.
Keduanya memandang dan berpikir lebih jauh dari waktu hidup mereka dan diluar lingkup negara mereka.
Hubungan bilateral itu krusial, dan merancang strategi jangka panjang Washington terhadap China.
Pada 2 Juni 1971, Nixon menerima sepucuk surat rahasia dari Tiongkok mengatakan Mao menanti percakapan langsung.
Nixon kemudian mengirim penasihat keamanan nasionalnya, Henry Kissinger, untuk berbicara pada China dalam misi rahasia, yang membuka jalan perjalanan presiden pada Februari 1972.
Seperti dalam buku Kissinger, "On China" ketika China dan Amerika memulai hubungan, kontribusi paling signifikan untuk meningkatkan kerja sama.
Namun, peringatan penting itu menemui gangguan serius, peringatan 40 tahun hubungan diplomatik China-AS, dirayakan dengan sengketa perdagangan.
Tindakan itu dipandang sebagai cara Amerika untuk menghambat kemajuan China.
Akan tetapi melalui pembicaraan awal tahun ini, Xi Jinping dan Donald Trump melakukan pembicaraan telepon, untuk penandatanganan kesepakatan perdagangan fase satu.
Hal itu menunjukkan, bahwa kedua negara selalu menemukan solusi yang dapat diterima baik melalui dialog maupun konsultasi.
Selama kedua negara itu, menjunjung tinggi semangat kesetaraan dan saling menghormati.
Seperti yang ditegaskan oleh diploat veteran AS Chas Freeman, yang menjabat sebagai penerjemah Nixon dalam perjalannya ke China, "kami berhutang kepada diri kami sendiri dan keturunan kami untuk bekerja sama, memajukan banyak kepentingan strategis yang kami miliki bersama."
"Mereka adalah seperempat dari populasi dunia. Mereka bukan kekuatan militer sekarang tetapi 25 tahun dari sekarang mereka akan menjadi penentu," kata Nixon, alasan mengapa dia memerintah penasihatnya ke China 1971 lalu memulai hubungan diplomatik dan normalisasi AS-China.
Awalnya hubungan China-AS muncul sejak sisa perang dinging, terutama menahan Uni Soviet, saat hubungan China dan Soviet meregang akibat perbedaan ideologis.