Advertorial
Covid Hari Ini 13 Agustus 2020: Kasus Covid-19 Indonesia Masih Bertambah, Bermuncula Klaster Rumah Tangga di Depok hingga Saran Ahli
Intisari-Online.com -Pada Kamis (13/8/2020) sore, pemerintah kembali memperbarui data terkait jumlah kasus dan pasien Covid-19 di Indonesia.
Data yang dirilis Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperlihatkan bahwa penularan virus corona masih terjadi, sehingga jumlah kasus Covid-19 terus bertambah.
Berdasarkan data yang masuk hingga Kamis ini pukul 12.00 WIB, diketahui ada 2.098 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Dengan penambahan itu, secara akumulatif kini ada 132.816 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.
Sementara itu, sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita mengonfirmasi bahwa saat ini bermunculan klaster-klaster Covid-19 rumah tangga di Depok.
Novarita menyampaikan, keadaan ini dipicu oleh semakin longgarnya pembatasan aktivitas warga, sehingga besar kemungkinan warga membawa pulang virus corona dan menularkannya ke keluarga.
"Iya, banyak yang kena satu keluarga. Sudah ada kelihatan, dari yang positif tiga sampai empat orang, pas dilihat ternyata satu keluarga, satu rumah," ujar Novarita kepada Kompas.com, Rabu (12/8/2020) malam.
Ia berujar, Pemerintah Kota Depok bakal aktif melacak kontak erat dari satu pasien yang dinyatakan positif Covid-19.
Baca Juga: Manfaat Daun Saga Bisa Atasi 6 Gejala Infeksi Virus Corona, Yuk Simak!
Novarita juga mengaku sudah menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta, mengingat banyak warga Depok yang mencari nafkah di Ibu Kota.
Terlebih lagi, Pemprov DKI Jakarta melakukan tes Covid-19 secara besar-besaran, jauh lebih besar ketimbang wilayah lainnya.
Besar kemungkinan, warga Depok mulanya terkonfirmasi positif melalui tes yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, lantas telanjur menularkannya ke keluarga.
Keadaan ini sama halnya dengan Kota Bogor dan Bekasi yang sudah lebih dulu mengumumkan temuan klaster rumah tangga.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D dan Cara Mengatasinya
"Dari DKI akan diinformasikan ke kami bahwa si A, si B, si C ber-KTP Depok. Kan dapat tuh alamatnya, nanti kita tracing (lacak kontak erat) ke rumahnya," ungkap Novarita.
"Dari situ banyak yang ketahuan (positif Covid-19) karena dia (salah satu anggota keluarga) dilakukan swab di Jakarta. Keluarga dia langsung kami tracing," lanjutnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Depok sempat menyampaikan bahwa sebanyak 60 persen warganya berstatus komuter atau pelaju.
Seiring dengan pelonggaran pembatasan aktivitas, mobilitas warga pun meningkat, sedangkan Pemkot Depok mengaku "tak bisa membatasi aktivitas orang bekerja".
Baca Juga: Seribu Ciuman Membekas! Sejarah Oscar Wilde Tomb, Makam Berlapis Ribuan Bekas Lipstik di Paris
Novarita menyampaikan, pihaknya mengandalkan kesadaran warga untuk senantiasa patuh pada protokol pencegahan penularan Covid-19.
Ia juga memberikan sejumlah pesan agar warga yang baru pulang ke rumah segera membersihkan diri.
Hal itu merupakan upaya minimal untuk mengurangi potensi penularan virus corona melalui benda.
"Kalau pulang kerja, ganti baju, mandi, dan lain-lain. Jangan ngobrol-ngobrol sama keluarga, padahal belum ganti baju," pungkas Novarita.
Secara keseluruhan, jumlah kasus Covid-19 di Kota Depok sudah mencapai 1.488 hingga data terbaru, Rabu kemarin. Angka ini merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Barat.
Saat ini, masih ada 340 warga Depok yang terinfeksi virus corona dan sedang dirawat atau dikarantina mandiri.
Saran integrasikan penanganan Covid-19 Jabodetabek
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, menilai pemerintah pusat mesti turun tangan untuk mengintegrasikan penanganan Covid-19 antara Jakarta dengan kota-kota satelitnya.
Pandu berpandangan, mobilitas warga yang begitu dinamis dari Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang (Bodetabek) ke Jakarta membuat penanggulangan Covid-19 tak bisa dibereskan dengan batas-batas wilayah administratif.
Meskipun Jakarta dan Bodetabek adalah kota dan provinsi yang berlainan, dalam hal penyebaran virus corona, Jabodetabek merupakan satu wilayah terpadu.
"Satu kesatuan Jabodetabek itu iramanya harus sama. Idealnya seperti itu. Manajemen satu kesatuan Jabodetabek itu harus bisa diatur bersama," ujar Pandu ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (28/7/2020).
"Karena selama ini polanya berdasarkan wilayah administratif saja. Di sinilah peran pemerintah pusat, turun tangan untuk Jabodetabek, maka satuan tugasnya itu harus bersama," jelas dia.
Pandu memberi contoh soal merebaknya klaster perkantoran sebagai lokus penularan Covid-19 di DKI Jakarta.
Klaster ini dapat terdeteksi karena Pemprov DKI Jakarta melakukan pelacakan dan tes PCR secara gencar, lebih dari empat kali lipat standar WHO.
Namun, kemampuan ini tidak dimiliki oleh wilayah-wilayah penyangga, padahal patut diduga para pegawai di Jakarta membawa pulang virus ini ke wilayah penyangga.
Ia menyatakan, apabila kapasitas pemeriksaan PCR di Bodetabek sama bagusnya dengan DKI Jakarta, bukan tak mungkin ditemukan lonjakan kasus Covid-19 di Bodetabek seperti halnya Jakarta saat ini.
"Tapi, (lonjakan) itu hanya bisa terdeteksi jika active case finding-nya (pencarian kemungkinan kasus baru) di Bodetabek sama seperti Jakarta," ujar dia.
"Makanya, contact tracing (pelacakan kontak pasien positif Covid-19) harus banyak dilakukan di daerah (penyangga). Makanya, kalau bisa dihitung sebagai satu kesatuan wilayah itu akan bagus," tambah Pandu.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu; Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D dan Cara Mengatasinya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pemkot: Klaster Covid-19 Rumah Tangga Bermunculan di Depok
(*)