Advertorial

Berbulan-bulan Terinfeksi Covid-19, Beberapa Pasien Mulai Alami Gejala Tak Lazim, Dokter: Itu Mungkin Karena Efek Traumatis Tubuh

Mentari DP

Penulis

Sejak dinyatakan positif terinfeksi virus corona lebih dari dua bulan, Peggy Goroly memperhatikan rambutnya mulai rontok sekitar minggu kedua Juni.
Sejak dinyatakan positif terinfeksi virus corona lebih dari dua bulan, Peggy Goroly memperhatikan rambutnya mulai rontok sekitar minggu kedua Juni.

Intisari-Online.com - Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan beberapa gejala dari virus corona (Covid-19).

Yang paling umum adalah batuk, demam, dan sesak napas.

Namun semakin hari, ada beberapa gejala yang muncul. Seperti tak bisa mencium.

Nah, kini ada tambahan gejala baru dari virus corona.

Baca Juga: 20 Hari Diisolasi Sebelum Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, Presiden Brasil Sebut Ada 'Jamur' di Paru-parunya, 'Saya Merasa Lemah'

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mencantumkan beberapa gejala tak lazim yang dialami parapasienyang terinfeksi virus corona.

Di mana, seorang pasien yang dinyatakan positif Covid-19 melaporkan kehilangan berhelai-helai rambutnya.

Seperti dikutip dariBusiness Insider, Sabtu (1/8/2020), sejak dinyatakan positif terinfeksi virus corona lebih dari dua bulan, Peggy Goroly memperhatikan rambutnya mulai rontok sekitar minggu kedua Juni.

Baca Juga: Bisa Picu Pecahnya Perang Dunia 3, Ini Rudal-rudal Israel yang Bisa Musnahkan Jutaan Orang di Dunia dalam Hitungan Menit

Tiga bulan lebih setelah gejala-gejalavirus coronayang dialaminya muncul.

Warga Long Island, New York, berusia 56 tahun ini merasa tidak pulih, meski telah dirawat sejak 5 Maret, dengan beberapa gejala seperti kelelahan, kabut otak, jantung berdebar, dan sesak napas.

Dia mengungkapkan kehilangan rambut membuatnya merasa cukup traumatis.

Keluhan ini tidak hanya dilaporkan oleh Goroly, sebab beberapa orang yang memiliki Covid-19 juga mengungkapkan keluhan yang sama.

Dia tergabung dalam kelompok dukungan untuk pasien Covid-19 di situs jejaring Facebook.

Ternyata Goroly menemukan ada beberapa orang yang mengalami kerontokan sebagai dampak jangka panjang dari gejala penyakit ini.

Kendati gejalarambut rontokkarena Covid-19 tidak dicantumkan CDC, namun beberapa dokter telah memperhatikan kondisi para pasien mereka.

"Ini cenderung terjadi pada orang-orang yang memiliki kasus (Covid-19) yang parah," kata Dr Nate Favini, pemimpin medis di Forward, praktik perawatan primer yang mengumpulkan data tentang pasien virus corona di seluruh negeri.

Baca Juga: Sering Dipertanyakan, Ini Alasan Palestina dan Israel Berperang Selama Lebih dari 70 Tahun, Rupanya Akar Masalahnya Sederhana dan Bukan Soal Agama!

Efek traumatis tubuh terhadap Covid-19

Favini mengatakan pasien yang terinfeksi virus corona baru, SARS-CoV-2, kemungkinan menderita telogen effluvium, yakni suatu kondisi yang membuat rambut berhenti tumbuh dan akhirnya rontok kira-kira tiga bulan setelah peristiwa traumatis.

Sedangkan rata-rata orang sehat akan kehilangan sekitar 100 helai rambut per hari.

Namun orang dengan telogen effluvium mungkin bisa kehilangan sekitar tiga kali lipatnya.

"Ketika tubuh berada dalam situasi yang sangat menegangkan."

"Pada dasarnya tubuh akan mengalihkan energinya dari menumbuhkan rambut ke hal-hal yang lebih penting," kata Favini.

Stres secara fisik maupun mental, imbuh dia, dan menyebabkan demam tinggi atau depresi dapat menyebabkan kondisi tersebut.

Kondisi ini biasanya berlangsung selama sekitar enam bulan, dengan pasien kehilangan setengah rambutnya dari kulit kepala mereka.

"Untuk penyebab lain dari telogen effluvium ini, kami biasanya memberi tahu pasien, bahwa tiga hingga enam bulan, Anda akan melihat peningkatan (rambut rontok)," ungkap Favini.

Akan tetapi, dia mencatat bahwa pedoman ini mungkin tidak berlaku bagi pasien virus corona.

"Pasiendengan virus corona, selalu ada peringatan bahwa kita belum memahami ini dengan baik," jelas dia.

Baca Juga: Covid Hari Ini 1 Agustus 2020: Ada 109.936 Kasus di Tanah Air, Kantor dan Sekolah Disarankan Ditutup Hingga Akhir Tahun 2020, 'Kita Tak Punya Pilihan Lain'

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan berusia 40-an tahun dan 50-an tahun lebih mungkin mengalamikerontokan rambutakibat telogen effluvium kronis, dibandingkan kelompok lain.

Akan tetapi, Favini sekali lagi menekankan, para ahli tidak yakin apakah virus corona menjadi penyebab rambut rontok pasien Covid-19,dan cenderung akan bertahan dalam kasus ini.

Favini menambahkan kesabaran adalah hal yang paling penting.

Dia juga menyarankan agar memberikan kesempatan tubuh untuk memulihkan diri, sehingga bisa memberikan perawatan setelah sembuh dari Covid-19.

"Ada orang yang tampaknya benar-benar sangat sakit akibat infeksi virus corona dalam jangka waktu yang lama."

"Jika itu masalahnya, maka menjadi lebih sulit untuk diprediksi apakah rambut dapat kembali tumbuh," ungkap Favini.

(Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Pasien Virus Corona Ungkap Rambut Rontok karena Covid-19, Apa Sebabnya?")

Baca Juga: Tak Tahu Kapan Sekolah Dibuka Kembali, MendikbudNadiem Makarim Izinkan Dana BOS Dipakai untuk Beli Kuota Internet, 'Buat Guru, Siswa, dan Orangtua Siswa'

Artikel Terkait