Advertorial

Pro dan Kontra Bakar Jenazah Pasien Covid-19, Bisa Langsung Bunuh Virus Corona? Begini Penjelasan Ahli

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Beberapa waktu lalu, muncul banyak perlawanan dalam tata cara pemakaman jenazah pasien virus corona (Covid-19).

Hal ini karena warga takut tertular.

Namun sejumlah dokter dan pihak rumah sakit sudah memastikan bahwa proses pemakaman jenazah pasien Covid-19 sudah aman.

Nah, soal pemakamanjenazah pasien Covid-19,Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian membuat pernyataan yang mengejutkan.

Baca Juga: Covid Hari Ini 25 Juli 2020: Ada 97.286 Kasus di Tanah Air, 20.000 di Antaranya dari Jawa Timur

Di mana diamenyebutkan penanganan terbaik jenazah Covid-19 dengan cara dibakar.

Tak lama, pernyataan ini menuai beragam reaksi di tengah masyarakat.

Meski akhirnya mengklarifikasi pernyataannya tersebut, Tito sempat menyebut penanganan terbaik jenazah Covid-19 yakni dengan cara dibakar.

Baca Juga: AS Kirim 20.000 Tentara, Jenderal Rusia Prediksi Perang Dunia 3Siap Pecah di Tahun 2020 Ini,'Ada Konflik Militer Skala Besar'

Pasalnya secara teori virusnya pun akan mati juga.

"Yang terbaik, mohon maaf saya Muslim ini, secara teori yang terbaik ya dibakar, karena virusnya akan mati juga," ujar Tito sebagaimana dilansir dari tayangan webinar dari Puspen Kemendagri pada Kamis (23/7/2020).

Lantas apakah benar virus akan mati jika jenazah pasien Covid-19 dibakar?

Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menampik hal tersebut.

"Studi di (jurnal) Lancet dan juga pernyataan dari WHO menyatakan bahwa isu kremasi lebih aman dibanding dikubur adalah mitos," ujarnya pada Kompas.com pada Jumat (24/7/2020).

Lanjutnya, itu juga terjadi di berbagai pandemi sebelumnya.

Jenazah pasien dibakar atau dikremasi, imbuhnya tergantung dari aturan yang dibuat masing-masing negara.

Dia menyebutkan seperti Sri Lanka dan China, mereka memaksakan pada warganya untuk melakukan hal tersebut.

"Ebola yang lebih infeksius dan mudah menular lewat jenazah saja tidak ada keharusan untuk dikremasi," tambahnya.

Penularan lewat jenazah

Dicky menjelaskan saat wabah Ebola, sekitar 20 persen kasusnya terjadi akibat penularan lewat jenazah.

Baca Juga: Gara-gara Masalah Ini, Jutaan Orang Tidak Menyadari Bahwa Iran Memata-matai IndonesiaSelama Bertahun-tahun

Hal itu karena di Afrika ada ritual menyentuh, mencium, dan memeluk jenazah sebelum dikuburkan.

Lalu akhirnya WHO melarang kontak dengan jenazah dan mengubah pedoman pemulasaran saat wabah.

Dihubungi terpisah, pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama juga mengatakan hal senada.

"Hampir di semua negara tidak dibakar. Kecuali kebudayaannya mewajibkan," ujarnya pada Kompas.com pada Jumat (24/7/2020).

Dia mengatakan, menurut panduan yang dikeluarkan WHO, penanganan jenazah pasien Covid-19 yang terpenting adalah memastikan jenazah terlapisi dengan baik.

Dengan hal itu tidak ada cairan yang keluar dari tubuh dan meminimalisir kontak.

"Tidak harus dibakar, menurut panduan WHO, bisa dikebumikan seperti biasa dan lebih ke kebudayaan setempat," katanya.

(Nur Fitriatus Shalihah)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Benarkah Membakar Jenazah Pasien Covid-19 Dapat Membunuh Virus Corona?")

Baca Juga: Positif Covid-19 pada H-3 Jelang Pernikahannya, Pria Ini Ucapkan Ijab Kabul dengan APD Lengkap, Penghulu Duduk di Tenda yang Berjarak

Artikel Terkait