Advertorial
Bak di Lubang Buaya saat G30S, Bekas Lubang Tambang Emas di Venezuela Dipenuhi Jasad para Penambang yang Dibuang Begitu Saja oleh Geng Kriminal yang Memerlakukan Mereka Secara Keji
Intisari-online.com -Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB temukan kasus mengerikan terkait tambang emas di Venezuela.
PBB telah meminta presiden Venezuela yang tengah berkuasa, Nicolas Maduroll, untuk membongkar kasus sadis itu.
Mengutip dari Independent, kasus tambang emas ini melibatkan geng kriminal yang menguasai tambang emas itu.
Dari sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Dewan Hak Asasi Manusia, temukan jika tambang emas, berlian dan bauksit bernama Orinoco Mining Arc atau Tambang Orinoco sebagian besar dikuasi oleh kelompok kriminal.
Mereka terapkan peraturan mereka sendiri melalui kekerasan, eksploitasi dan pemerasan.
Tidak jarang juga terjadi pemukulan dan pembunuhan pekerja.
Laporan yang diterbitkan pada tanggal 15 Juli 2020 tersebut diberi nama arsip A/HRC/44/54.
Judulnya berupa 'Independence of the justice system and access to justice in the Bolivarian Republic of Venezuela, including for violations of economic and social rights, and the situation of human rights in the Arco Minero del Orinoco region'.
Kejadian yang dilaporkan dalam laporan ini terjadi antara Juni 2019 sampai Mei 2020 dengan mendapat laporan para korban, saksi dan berbagai sumber lainnya.
Tambang Orinoco dibangun oleh dekrit pemerintah pada Februari 2016.
Luasan tambang itu sebesar 111.843,7 kilometer persegi, yang besarnya 12% dari teritori nasional Venezuela.
Saking besarnya tambang itu, tambang itu sampai ke wilayah bioma Amazon yang masih alami.
Tambang Orinoco telah terbukti menambang di Amazon, serta provinsi Boliviar dan Delta Amacuro.
Awalnya, dekrit itu dikeluarkan untuk mencapai kerangka kerja resmi untuk mengatur ekspolitasi tambang yang ada di situ, dan diramalkan ini bisa tercapai melalui partisipasi penambang, perusahaan tambang skala kecil, publik, perusahaan swasta dan peruahaan gabungan di bawah prinsip kedaulatan nasional, menghargai transparansi, keberlanjutan dan kehidupan orang yang ada di sekitar tambang tersebut.
Namun, karena kurangnya transparansi di tambang itu, Dewan Hak Asasi Manusia tidak bisa melihat apakah pemerintah Venezuela telah mengatur aktivitas tambang yang legal dan memberangus tambang ilegal di Tambang Orinoco.
Sampai saat ini Kementerian Pengembangan Tambang belum mempublikasi informasi kunci terkait kaitan pengaruh tambang terhadap lingkungan dan sosial budaya tempat tersebut.
Bahkan, jumlah dan nama perusahaan yang bekerjasama dengan pemerintah, atau jumlah penambang tunggal yang terdaftar bekerja di tempat itu pun tidak dirilis sampai saat ini.
Lebih menarik lagi, Bank Central Venezuela tidak pernah mempublikasikan perkembangan informasi mengenai jumlah mineral dan emas yang diterima dari perusahaan tambang negara, Minerven.
Tentunya tidak mengejutkan jika data hasil tambang saja tidak ada, pastinya jumlah tambang yang diekspor, tujuan ekspor utama atau nilai tukar mata uang yang diterima negara tersebut tidak pernah tercatat.
Kembali, hal ini karena aktivitas tambang di dalam Tambang Orinoco dikendalikan oleh geng kriminal.
Mereka tentukan siapa saja yang masuk dan tinggalkan wilayah itu, terapkan aturan mereka sendiri dan tidak segan menghukum dengan hukuman fisik yang sangat kejam bagi yang melanggarnya.
Mereka juga mendapatkan keuntungan ekonomi dari semua aktivitas di tambang itu, termasuk pemerasan para penambang dan pertukaran perlindungan para penambang.
Informasi yang tersedia tunjukkan geng kriminal yang memiliki julukan "sindicatos" mengatur seluruh tambang.
Diketahui, hampir 150 orang dilaporkan meninggal di tambang atau sekitarnya dari Maret 2016 sampai 2020.
Menurut laporan tersebut, jasad para penambang dilempar ke lubang tambang lawas yang sekaligus digunakan mereka untuk tempat penguburan.
Para penambang itu, termasuk anak-anak kecil, tidak diberikan kontrak pegawai dan terpapar dengan kontaminasi merkuri serta malaria.
Investigasi PBB
Hasil investigasi PBB temukan jika militer Venezuela tidak hanya gagal untuk mencegah kejahatan seperti ini, tapi bahkan berpartisipasi dalam sebagian insiden yang terjadi.
"Pihak berwenang seharusnya mengambil langkah cepat untuk menghentikan eksploitasi buruh dan eksploitasi seksual, buruh anak dan perdagangan manusia.
"Mereka juga harus segera tangani dan berangus geng kriminal yang mengatur aktivitas tambang tersebut," ujar Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet.
"Mereka juga harus menginvestigasi, menuntut dan menghukum semua yang bertanggung jawab dalam pelanggaran HAM, pelecehan dan kejahatan yang terjadi di tambang itu serta di seluruh Venezuela," tambahnya.
Tanggapan presiden Venezuela
Rabu kemarin Venezuela telah menanggapi hasil investigasi PBB tersebut.
Perwakilan presiden Venezuela Nicolas Maduro, yaitu Jorge Valero, menolak laporan tersebut.
"Sangat jelas ada manipulasi dan standar ganda yang dimainkan di sini dengan beberapa mencoba menyerang kedaulatan negara dan mengeksposnya," ujarnya kepada forum PBB di Geneva, Swiss.
Untuk menampik laporan tersebut, Venezuela juga baru melaporkan perusahaan mana saja yang bergabung dengan tambang itu, yaitu perusahaan tambang negara bersama dengan perusahaan China dan Rusia.
Sedangkan Bank Central Venezuela mengatakan jika pemerintah telah membeli lebih dari 17 ton emas dari para penambang rakyat antara tahun 2016 sampai 2018, yang telah terjual ke Uni Emirat Arab dan Turki.
Namun paparan itu baru dikeluarkan setelah laporan terkait pelanggaran HAM di tambang itu dikeluarkan dan diusut oleh PBB.
Tambang ilegal di Venezuela sebenarnya telah ada selama lebih dari 20 tahun, tetapi kemunculan pengaruh geng kriminal di aktivitas tambang semakin tampak sejak 2011, saat konsesi bagi perusahaan tambang luar negeri dihentikan.
Selanjutnya, kehadiran geng kriminal di tambang meningkat tinggi sejak 2015, bersamaan dengan meningkatnya harga emas internasional.
Geng kriminal ini meniru struktur dari geng kriminal "pranatos" yang ada di beberapa penjara Venezuela.
Ada sosok bos yang memaksa dan memberi perintah serta mengatur aktivitas di dalam dan di luar penjara, yang ditiru di pertambangan itu.
Mirisnya, karena krisis ekonomi yang semakin parah, migrasi internal ke wilayah tambang itu meningkat drastis dari berbagai wilayah Venezuela untuk bekerja di tambang dan sekitarnya karena mereka kehilangan pekerjaan di tempat sebelumnya.
Mayoritas para pekerja migran itu tidak pernah bekerja di tambang sebelumnya.
Para pihak pembela HAM di Venezuela dan kelompok aktivis lingkungan mengatakan jika tambang legal dan ilegal secara cepat membabat Amazon yang ada di Venezuela.
Negara itu menjadi satu-satunya yang alami tingkat deforestasi hutan hujan sangat tinggi antara tahun 2000 sampai 2013.
Jose Miguel Vivanco, direktur Pengawasan HAM Amerika menyebut, penting bagi para pembeli emas dan perhiasan untuk memastikan tidak ada darah para warga Venezuela di perhiasan yang mereka pakai.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini