Advertorial
Intisari-Online.com - Situasi kacau terjadi di Brasilia, yang merupakan pusat penyebaran virus corona terbesar di Brasil.
Namun, pemerintah pusat kurang peduli untuk membatasi penyebaran virusnya.
Menurut Worldometers, Brasil masih menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan kasus virus corona terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat (AS).
Sementara, kota yang memiliki kasus terbanyak di Brasil ada di Brasilia, kota dengan penduduk terbesar, yaitu sekitar 3 juta.
Saat ini, jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Brasilia lebih tinggi dibandingkan kota-kota lain di Brasil.
Melansir Reuters pada Jumat (10/7/2020), per 100.000 orang di Brasilia ada 2.133 orang positif terinfeksi virus corona.
Menurut data statistik Kementerian Kesehatan, jumlah orang positif virus corona di Brasilia itu 2 kali lebih tinggi dibandingkan kota metropolitan lain di "Negeri Samba", seperti Sao Paulo maupun Rio de Janeiro.
Seorang perawat yang bekerja di ruang gawat darurat di Rumah Sakit Utama Ceilandia, yang tidak ingin disebutkan namanya, menceritakan kepada Reuters kekacauan yang terjadi di tempat dia bekerja.
Perawat itu terlihat kelelahan setelah berkerja shift selama 12 jam.
Ia mengaku kewalahan dalam menangani situasi pandemi yang terjadi di Brasilia.
"Ini kacau, seperti hidup di neraka."
"Kasus ini (pandemi virus corona) tidak berhenti meningkat," kata perawat tersebut.
Perawat tersebut mengatakan, tidak dapat mengungkapkan namanya karena takut apa yang diungkapkannya tentang situasi nyata yang terjadi di rumah sakit, dinilai ancaman bagi pemerintah.
Ia juga khawatir jika akan mendapatkan balasan oleh pejabat pemerintahan lokal.
Ia menyebutkan bahwa di rumah sakit tempatnya bekerja kekurangan dokter, perawat, dan ambulans untuk menangani setiap pasien di unit perawatan intensif (ICU).
Pakar Kesehatan Masyarakat yang juga Anggota Dewan Kesehatan Kota, Rubens Bias, mengatakan pendemi virus corona ini menyebar di Brasilia melalui transportasi umum yang digunakan masyatakat menuju tempat kerjanya.
Di transportasi publik itu masyarakat sering kali menghabiskan waktunya sekitar satu jam perjalanan.
"Pemilihan umum dan kepentingan ekonomi, lebih menjadi perhatian (pemerintah) untuk menghasilkan uang daripada menyelamatkan nyawa masyarakat," ujar Bias.
Bias menyalahkan Gubernur Brasilia yang tak berdaya dengan tekanan presiden Brasil, Jair Bolsonaro yang menerapkan kebijakan keliru.
Bolsonaro sebagai orang nomor satu di Brasil menghendaki kegiatan usaha di negaranya dibuka kembali untuk menyelamatkan perekonomi dalam negeri.
Presiden berjuluk Tropical Trump itu menganggap dampak ekonomi karena lockdown lebih mengancam daripada risiko kesehatan masyarakat karena pandemi virus corona.
“Sungguh tragis di sini."
"Jumlah kasus telah bertambah banyak dalam beberapa hari terakhir,” kata Cilede Nogueira, seorang warga Sol Nascente.
Nogueira, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Brasilia tengah, menceritakan bahwa masyarakat setempat banyak yang tidak peduli dalam penggunaan masker.
Baca Juga: Menyoal Kasus Pneumonia Misterius di Kazakhstan, WHO Beri Tanggapan Seperti Ini
Contohnya, bar-bar di lingkungannya dipenuhi dengan orang-orang yang tidak mengenakan masker.
Ada pula para tetangganya yang justru berpesta pora pada akhir pekan.
Kemudian, dia juga mengatakan bahwa terdapat kemacetan pelayanan bank untuk mengambil pembayaran uang darurat dari pemerintah sebagai tambahan pendapatan selama pandemi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Brasilia Kacau, Jadi Hot Spot Baru Covid-19 tapi Pemerintah Kurang Peduli"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari