Advertorial

Tampaknya Menjanjikan untuk Halau Penyebaran Virus Corona, Ahli Justru Ungkap Sebaliknya dan Menyebut Rapid Test Karyawan yang akan Masuk Kantor Sia-sia Belaka, Kenapa?

Khaerunisa

Editor

Tampaknya Menjanjikan untuk Halau Penyebaran Virus Corona, Ahli Justru Ungkap Sebaliknya dan Menyebut Rapid Test Karyawan yang akan Masuk Kantor Sia-sia Belaka, Kenapa?

Intisari-Online.com - Meski virus corona masih menyebar di Indonesia, namun aktivitas masyarakat mulai dilakukan dengan pertimbangan aspek perekonomian.

Agar upaya pencegahan penularan virus corona tetap berjalan, salah satunya dengan dilakukannya rapid test untuk orang-orang atau kegiatan tertentu.

Seperti rapid test untuk setiap karyawan yang hendak mulai masuk kantor.

Menanggapi hal itu, dokter yang juga seorang penulis dan penyair di Indonesia, Handrawan Nadesul justru menganggap rapid test yang dilakukan kantor tersebut merupakan tindakan yang sia-sia.

Baca Juga: 500 Warga Pamijahan Kabupaten Bogor Harus Jalani Rapid Test, Penyebabnya karena Nonton Rhoma Irama di Acara Khitanan, Bagaimana Nasib Sang Raja Dangdut?

Bahkan ia tak segan menyebut rapid test hanya akan menguntungkan pihak yang memeriksa.

Hal ini dikarenakan rapid test memiliki kelemahan seolah-olah negatif atau false-negative yang cukup besar.

Handrawan menyatakan akan jauh lebih efektif jika melarang masuk kantor setiap karyawan yang sakit seperti demam, sakit flu, batuk, dan gangguan pernapasan.

Sebab rapid test akan efisien saat sudah ada gejala mencurigakan Covid-19 sekurangnya 3 hari, terlebih kalau gejalanya semakin hari semakin progresif.

Baca Juga: Gara-gara Kalah Cepat Sebulan, Pemerintah Indonesia Direpotkan 17 Tahun Urusi Maria Pauline Lumowa, Ini Rekam Jejak Si Pembobol Bank BNI

Di sisi lain, pemeriksaan uji atau test Covid-19 memang hanya dua, yakni rapid test (serologis) dan PCR.

Serologis yakni menguji apakah ada zat anti (antibodi IgM) dengan mengambil sampel darah.

Sedangkan rt-PCR (real-time Polychain reaction) untuk menemukan adakah Covid-19 di tenggorokan dan hidung, maka dilakukan swab (apus tenggorok-hidung) untuk menemukan apakah Covid-19 hadir.

Kepentingan pemeriksaan uji atau test memang menentukan pilihan apa jenis pemeriksaannya.

Baca Juga: Corona Adalah Senjata Biologis? Mana Mungkin, China Saja Dibuat Keok Tak Berdaya oleh Covid-19, Senjata Makan Tuan?

Namun jika inging mengikuti perjalanan penyakit Covid-19 seseorang, Nadesul berpendapat tentu harus dilakukan tes keduanya.

Lantas, mengapa rapid test tidak boleh dan tidak perlu untuk screening saat mulai aktivitas masuk kantor?

Berikut penjelasan Nadesul dalam postingan di akun Facebook pribadinya, Rabu (8/7/2020);

1. Setiap penyakit infeksi, terutama virus, memiliki apa yang disebut “window period”, yakni sejak virus masuk tubuh sampai munculnya gejala/keluhan/tanda.

Pada Covid-19, window period-nya 7 hari. Pada masa 7 hari itu antibodi belum terbentuk. Kita tahu, setiap bibit penyakit masuk, tubuh merespon dengan pembentukan antibodi.

Dasar Rapid test itu pada kehadiran antibodi yang dibentuk oleh tubuh itu.

Oleh karena antibodi Covid-19 baru terbentuk setelah hari ke-8, maka Rapid test baru memberikan hasil positif pada orang terdampak setelah hari ke-8, dan hasil test masih negatif sebelum hari ke-8.

Rapid test negatif pada kasus ini disebut seolah-olah negatif atau false-negative.

Baca Juga: Terungkap, Ternyata Ini Isi Percakapan Menkumham Yosanna dengan Maria Pauline Lumowa, Buronan Pembobol Kas Bank BNI, Sesaat Sebelum Pesawat Lepas Landas

Kalau pada kasus Rapid test false-negative, orang dinilai berisiko tertular, dan atau bila gejala Covid-19 sudah mulai muncul, pada kasus demikian Rapid test perlu diulang dengan harapan hasilnya akan positif.

Rapid test positif perlu dikonfirmasi dengan rt-PCR untuk menemukan Covid-19-nya.

Oleh karena rt-PCR lebih pasti maka pada orang yang sudah terinfeksi, rt-PCR sudah lebih dulu memberikan hasil positif walau masih dalam masa window period.

Kita membacanya pada kasus rt-PCR positif tapi IgM maupun IgG negatif, harus dibaca sebagai kemungkinan kasus selagi masa window period.

Baca Juga: Dikira Alergi Susu, Ternyata Bayi Usia 1 Tahun Ini Meninggal Karena Kanker yang Sangat Langka dan Agresif, 'Dia Pergi dalam Pelukan Saya'

2. Bila hasilnya seperti nomor 2 Grafik di atas berarti ini kasus baru pertama kali terinfeksi Covid-19 yang sudah terkonfirmasi.

3. Hasil semua test positif berarti kasus yang sudah dan sedang terinfeksi penuh, sudah melewati 14 hari sakit, karena antibodi IgG sudah mulai terbentuk pada hari ke-14.

4. Hasil rt-PCR positif, dan IgG juga positif tapi IgM negatif, berarti ini kasus kambuh.

Dulu pernah terinfeksi Covid-19, sekarang terinfeksi ulang (reinfection).

5. Bila hasilnya hanya IgM yang positif sedang rt-PCR yang mestinya positif, kemungkinan kasus masih awal, atau kasus pertama kali terinfeksi, dan kemungkinan rt-PCR-nya salah periksa atau false-negative.

Baca Juga: Bagi yang Suka Simpan Makanan Bersama Plastiknya di Kulkas Baiknya Ganti dengan Cara Ini, Kebiasaan Sepele Itu Ternyata Sebabkan Masalah untuk Kesehatan

6. Hasil test hanya IgG saja positif yang lainnya negatif, berarti kasus pernah terinfeksi Covid-19, sekarang sudah sembuh dan badannya sudah kebal oleh antibodi yang bertahan lama.

Kita melihat antibodi mulai terbentuk setelah 14 hari sejak Covid-19 masuk tubuh, antibodi terus meningkat sampai waktu lama.

7. Kalau hasilnya IgM dan IgG saja positif sedang rt-PCR negatif berarti kasus sedang dalam proses kesembuhan, dan Covid-19 sudah tidak hadir lagi.

Nadesul berkesimpulan hasil rapid test tidak akan menjadi jaminan jika seorang karyawan masih berkontak dengan publik, baik ditempat dan transportasi umum, atau tidak mematuhi protokol kesehatan selama di luar kantor.(*)

Baca Juga: Terungkap, Ternyata Ini Isi Percakapan Menkumham Yosanna dengan Maria Pauline Lumowa, Buronan Pembobol Kas Bank BNI, Sesaat Sebelum Pesawat Lepas Landas

Artikel ini telah tayang di Gridhealth.id dengan judul Ahli Jelaskan Kenapa Rapid Test Pada Karyawan yang Akan Masuk Kantor Adalah Tindakan Sia-sia

Artikel Terkait