Advertorial
Intisari-Online.com - Nampaknya militer China tengah siaga 1.
Ini karena hubungan China memanas dengan sejumlah negara.
Bahkan tak hanya di Laut China Selatan, tapi di juga di sekitar perbatasannya.
Tak heran, pakar militer China menyebutkan bahwa saat ini Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) memiliki kesiapsiagaan perang yang sangat tinggi di semua lini.
"Tetapi, meskipun ada ketegangan, risiko konflik militer berskala besar tetap sangat rendah berkat kekuatan dan pencegahan strategis PLA," kata Wei Dongxu, pakar militer yang berbasis di Beijing, kepadaGlobal Times.
Menurut Wei, Amerika Serikat (AS) tidak mungkin berbaris ke garis depan sendiri.
Karena itu, negeri Paman Sam mengambil keuntungan dari ketegangan antara India dan China di perbatasan yang disengketakan.
MelansirGlobal Times, mulai Rabu (1/7/2020)selama lima hari, Badan Keselamatan Maritim China mengumumkan, PLA menggelar latihan militer di perairan Kepulauan Xisha di Laut China Selatan, dekat Vietnam.
Surat kabar Vietnam,VN Expressmelaporkan, tidak ada kapal yang boleh memasuki wilayah di Laut China Selatan, yang Vietnam sebut sebagai Laut Timur, ketika latihan militer China tersebut sedang berlangsung.
Sebelumnya,China Military Onlinedalam laporannya pada Jumat (26/6/2020) pekan lalu menyebutkan, Komando Selatan Angkatan Laut PLA mengirim kapal perusak dan fregat untuk melakukan operasi maritim di Laut China Selatan pada 18 Juni 2020.
Kemudian, melansir laporanCCTV,Jumat (26/62020), Grup 73 Angkatan Darat PLA baru-baru ini mengadakan latihan pendaratan amfibi dengan tembakan langsung yang menampilkan senjata berat dan peralatan seperti kendaraan serbu amfibi ZBD-05 di Provinsi Fujian.
Ketegangan yang meningkat di Indo-Pasifik membuat Australia mendongkrak anggaran pertahanan sebesar 40% selama 10 tahun ke depan, yang berfokus pada kawasan tersebut.
Dalam pidatonya, Rabu (1/72020), Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, Australia akan membelanjakan 270 miliar US Dollar atau 186,5 miliarUS Dollar selama 10 tahun ke depan untuk mendapatkan kemampuan serangan jarak jauh di udara, laut, dan darat.
MengutipReuters,Morrison menyebutkan, Australia juga akan mengalihkan fokus militernya ke kawasan Indo-Pasifik.
“Kami ingin Indo-Pasifik bebas dari paksaan dan hegemoni."
"Kami menginginkan sebuah wilayah di mana semua negara, besar dan kecil, bisa terlibat secara bebas satu sama lain dan dipandu oleh aturan dan norma internasional,” kata Morrison.
Menurut Morrison, Australia pertama-tama akan membeli 200 rudal anti-kapal jarak jauh AGM-158C dari Amerika Serikat (AS) dengan nilai 800 juta US Dollar.
Negeri kanguru juga akan mengembangkan rudal hipersonik yang bisa terbang setidaknya lima kali kecepatan suara.
"Ketegangan atas klaim teritorial meningkat di seluruh wilayah Indo-Pasifik, seperti yang kita lihat baru-baru ini di perbatasan yang disengketakan antara India dan China, di Laut China Selatan, dan di Laut China Timur," ujar Morrison.
"Risiko salah perhitungan dan bahkan konflik meningkat," tambahnya.
(SS. Kurniawan)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Pakar militer sebut, China dalam kesiapsiagaan perang sangat tinggi di semua lini")